ISA AL-MASIH ADALAH TERANG DUNIA

 

Maka tatkala saya membaca perkataan hari Natal, saya ingat kepada kalimat Pembukaan di dalam Kitab Injil yang berbunyi: "Pada Mulanya adalah Kata". In den beginne was het Woord. Kata itu menjadi satu kepercayaan daripada rakyat seluruhnya. In den beginne was het Woord, en het was bij God, en het woord was God. En het woord was het leven der mensen. En het leven was het licht dewr mensen en het licht niet begreoun. Pada Mulannya adalah Kata. Dan, Kata itu adalah Tuhan. Kata itu adalah hidup manusia dan hidup adalah cahaya cemerlang bagi manusia, dan cahaya cemerlang itu telah bersinar di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tak mengerti akan cahaya terang itu.

Pidato Bung Karno, New Emerging Forces Ciri Abad Kedua Puluh, di Jakarta, 18 Desember 1961. [1]

 

Isa al-Mukhalish al-'alam - Yesus Juru Selamat Dunia, telah bersabda :

"Akulah Terang Dunia, Barangsiapa mengikut Aku, ia tidak berjalan dalam kegelapan tetapi memperoleh Terang Hidup"

Yohanes 8:12.

Sabda Al-Masih Isa di atas diucapkan dalam konteks hari lebaran dan perayaan Yahudi yang disebut Perayaan Pondok Daun (Ibrani : hag hassukot) Istilah hag dalam bahasa Ibrani parallel dengan hajj dalam bahasa Arab [2].

Disebut Pondok Daun kerana orang-orang Yahudi pada zaman itu mendirikan kemah-kemah dari daun-daun di pelataran Baitul Maqdis (Bait Suci) di Yerusalem, untuk memperingati pengembaraan mereka dari tanah Mesir (arets Mitsrayim) ke tanah Perjanjian di bawah pimpinan Nabi Musa dan Nabi Harun.

Mengapa hazrat Isa al-Masih tiba-tiba berkata mengenai Terang (Ibrani 'Or, Arab Nur) ? Bagaimana konteksnya ? Sabda Sayidina al-Masih Isa diucapkan masih dalam rangkaian perayaan/ritus Hosanah Rabbah - Hosana Agung yang disebut juga "puncak perayaan", yaitu pada hari yang kelapan (shemini atseret).

Untuk membayangkan latarbelakang ucapan Yesus, marilah kita ikuti literatur (sastera) Yahudi yang disebut Mishnah di Baitul Maqdis -Ibrani : Beit Hammiqdash Yerusalem, pada kemuncak perayaan tersebut :

"…terdapat empat menorah (kaki dian) emas dengan masing-masing empat tempat minyak semacam mangkok di atasnya dan empat tangga naik. Empat Imam (kohanim) yang paling muda naik menuju menorah masing-masing dengan membawa kendi yang berisi 9 liter minyak zaitun yang mereka tuangkan ke dalam tempat penyimpanan minyak tersebut.
Dari sebuah korset itu, para imam membuat sumbu dan menyalakan menorah, sehingga tidak ada tempat di halaman Bait Allah yang dikelilingi tembok-tembok itu tidak diterangi oleh cahaya Beit ha Sho'evah (rumah perayaan). Orang-orang saleh dan orang-orang yang berkehendak baik menari-nari mengelilingi menorah dengan membawa obor di tangan mereka, sambil memainkan harpa, cymbal, terompat dan alat-alat musik lainnya yang tidak terhingga banyaknya...

Sukkah 5 : 2-4 [3]

Selanjutnya, Gemarah menjelaskan di bahagian ini, bahawa tinggi menorah atau kaki dian tersebut adalah 75 kaki (Sukkah 52b). Termasuk dalam rangkaian upacara ini adalah upacara nisuh hamayim (pencurahan air) yang melatarbelakangi sabda hazrat Isa al-Masih dalam Yohanes 7:37.

Jadi, ritual pencurahan air yang diambil dari kolam Siloam ini digabungkan dengan cahaya terang benderang dan tari-tarian, karena perayaan Sukkot (Pondok Daun) secara khusus adalah perayaan kegembiraan [4]. Dalam konteks upacara tersebutlah, sabda Isa al-Masih bahawa Dia adalah Terang Dunia telah diucapkan (Yohanes 8:12).

 

ISA AL-MASIH (SANG MESIAS) -TERANG BAGI SEMUA BANGSA-BANGSA

Dalam terang pengharapan akan kedatangan Al-Masih (menjadi bahasa Yunani/Latin Mesias - Penyelamat), TUHAN akan mengutus Messiah-Nya sebagai "terang bangsa-bangsa". Istilah "bangsa-bangsa" dalam bahasa Ibrani menunjuk kepada bangsa-bangsa SELAIN ISRAEL.

Oleh karena itu sabda "Isa al-Masih bahwa barangsiapa yang mengikut Dia "tidak berjalan dalam kegelapan, melainkan akan memperoleh Terang Hidup", secara cermat menggenapi nubuat Nabi Yesaya 8:23 - 9:1 yang dalam bahasa aslinya berbunyi :

"… derek hayyam, 'aver hayyarden gelil haggoyim. Ha 'am haholekim behosyek ra'u 'or gadol, yosyevi be arets tsalmawet 'or negah aleikhem"

" … jalan ke laut, daerah seberang Sungai Yordan, Galilea wilayah bangsa-bangsa lain. Bangsa yang berjalan dalam kegelapan, telah melihat terang yang besar, mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar".

Jadi, Isa al-Masih adalah Terang Dunia, yang menerangi setiap orang yang berjalan dalam kegelapan agar mereka memperoleh Terang Hidup. Dan sejak kedatangan al-Masih, tembok-tembok eksklusivisme Yahudi dihancurkan. Isa tidak hanya diutus bagi Bani Israel, tetapi Baginda adalah Penyelamat Dunia. Laksana Terang yang tidak pernah membatasi cahaya-Nya, bersinar di halaman istana raja-raja ataupun di comberan tempat sampah.

Bangsa-bangsa yang dulu dianggap rendah, kaum yang dianggap "abangan" secara keagamaan, semua dilawat oleh cahaya-Nya yang terang benderang. Tidak mengenal perbedaan, tidak ada diskriminasi.

Dalam terminilogi Yahudi, istilah "ha 'am haholekim behesyek" (bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan) dan "arets tsalmawet" (negeri kekelaman atau harfiah: "negeri yang dibayangi oleh maut"), kira-kira maknanya dekat dengan sebutan bahasa Arab "Jahiliah" (kebodohan). Sedangkan istilah goyim (Gentiles, "non-Yahudi") juga mengandung makna "bangsa-bangsa Kafir" yang tidak mengenal Allah yang disembah Israel. Jadi, konotasinya sangat merendahkan. Tidak hanya agama-agama non-Yahudi, tetapi juga bangsa-bangsa lain.

Pengharapan Yahudi sendiri juga menyebut Messiah yang akan datang sebagai "Terang bagi bangsa-bangsa lain" ( 'or haggoyim). Ungkapan Yesus lebih tegas lagi: Ani 'or ha 'olam (Akulah Terang Dunia). Dalam tafsir para rabbi Yahudi, 'or (Terang) selalu dikaitkan dengan perbincangan tentang Messiah yang akan datang. Misalnya, dalam Yesaya 49:6 Allah berfirman kepada Messiah yang disebut Hamba TUHAN ('ebed Yahweh): "Aku akan membuat Engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa ('or goyyim), supaya keselamatan yang daripadaKu sampai ke ujung bumi" (Bandingkan juga: Yes. 60:1 dan Dan. 2:22).

Patut dicatat pula, pernyataan diri Yesus sebagai Terang Dunia tersebut juga menggenapi nubuat Nabi Zakaria (Za.14:16-20) bahawa kemuliaan-Nya akan dinyatakan di Yerusalem pada Hari Raya Pondok Daun. Taksiran-tafsiran Yahudi pra-Kristen, khususnya yang tertulis dalam targum-targum, juga menghubungkan ayat ini dengan kemuliaan dari Messiah yang akan datang.

MAKNA 'OR (TERANG) DALAM MISTIK YAHUDI

Menariknya lagi, dalam tradisi mistik Yahudi selain menghubungkan 'or (terang) dengan Messiah yang akan datang, ungkapan ini juga menunjuk pada kepra-Ada-an (praeksistensi) Penyelamat itu sendiri. Dalam Gematria diungkapkan "rahsia bilangan" beberapa ungkapan mistis Yahudi. Misalnya, 3 aksara yang membentuk kata Ibrani 'or, "terang" ('ayin, waw dan resh) adalah 1 + 6 + 200 = 207. Jumlah ini sama dengan kata raz, "misteri" (200 + 7 =207) dan zer, "mahkota" (7 + 200).

Selanjutnya, kata Ibrani 'ein soph, "yang tidak berkesudahan" ('ein, 1 = 10 = 50 dan sop, 60 + 6 + 80 = 207) dan frasa Adon ha 'Olam, "Tuhan semesta alam" (Adon, 1 + 4 + 6 + 50 dan ha 'olam, 70 + 6 + 30 + 40 = 207). 5)

Tiga kata dan 2 frasa di atas selalu diulang dalam Sidur atau doa-doa harian Yahudi. Apakah makna angka keramat dalam tradisi mistik Yahudi? Ternyata angka-angka itu dapat ditafsirkan bahwa Messiah yang akan datang adalah "Misteri Keilahian ( Mystery of the Godhead), Mahkota segala ciptaan (Crown of the creation), Tuhan semesta alam (Lord of the universe), Yang Tak Berkesudahan (without end) dan Terang yang Benar (the True of Light). (6)

Kecuali orang yang berlatar belakang kebudayaan Jawa, pola pikir mistis semacam ini tidak lazim di lingkungan Kristen. Namun, kebudayaan Yahudi kita tampilkan apa adanya, dan itu pula salah satu sisi dari latar belakang pemahaman mengenai Messiah dan makna kedatangan-Nya ke dunia bagi seorang Yahudi.

 

Memra (Firman/Sabda Allah) Adalah Terang bagi Manusia

Pada Mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama dengan Allah. Segala sesuatu diciptakan melalui Dia, dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Putra Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran

(Yohanes 1:1-4, 14).

Pembukaan Injil Yohanes yang dikutip Bung Karno di awal tulisan ini sangat penting. Dalam bahasa aslinya (Yunani), kata yang diterjemahkan Firman adalah Logos. Istilah Yunani Logos dalam Septuaginta (Alkitab perjanjian Lama terjemahan Yunani yang dibuat di Iskandariyah dari zaman sebelum Kristen) adalah terjemahan dari bahasa Ibrani Dabar. Isitlah ini juga paralel dengan istilah bahasa Aram dari Targum (7) Memra yang juga berarti Sabda, Firman. Ide abahawa Allah menciptakan alam semesta melalui Firman-Nya (Dabar, Memre atau Logos) adalah jelas dari teologi Yahudi sendiri. Contohnya, sebuah doa sehari-hari umat Yahudi:


Barukh Atta Adonai Elohenu Melek ha 'Olam,

Hakkal nihyah bi-Dabro


Terpujilah Engkau, Ya TUHAN Allah yang kami

sembah, Raja semesta alam, yang menciptakan

segala sesuatu melalui Firman-Nya.


Begitu pula, dalam Targum Onqelos menafsirkan Ulangan/Debarim 33:27, be-Mimreh mit'aved alama (Memra, yang dengan-Nya alam diciptakan). Nah, dalam sastera dan literatur rabbi-rabbi Yahudi, Messiah yang akan datang tersebut diidentifikasikan dengan Memra atau Sabda Tuhan sendiri.

Alam pikiran Yahudi inilah yang melatarbelakangi penulisan Injil Yohanes, yang serempak pula menyakini bahwa Yesus/Isa sendirilah Memra, Dabar atau Logos Allah yang telah menjadi Manusia (Yoh. 1:14). Sebelumnya, Yohanes juga menekankan bahwa dalam Sabda itu ada Hidup dan Hidup iut adalah Terang bagi manusia (Yoh. 1:4). Ungkapan ini mengingatkan kita pada ungkapan mazmur: "Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam Terang-Mu kami melihat terang" (Mzm. 36:10). Juga, nabi Yesaya yang menghubungkannya dengan Messiah yang akan datang.

"Qumi, Ori, ki ba orika", demikianlah bunyi teks aslinya dalam bahasa Ibrani.

"Qumi, Astaniri, faa nuruki ja'a" dalam terjemahan Arab.

Artnya: "bangkitlah, menjadi teranglah, sebab Terangmu datang" (Yes. 60:1)

 

Tema Sabda dan Terang dalam Naskah-naskah dari Laut Mati

Tema mengenai pra-eksistensi Messiah dijumpai hampir merata dalam tradisi Yahudi. Dalam literatur Yahudi abad pertama sebelum Masehi yang berjudul The Book of Enoch, yang juga ditemukan pada tahun 1947 di antara naskah-naskah Qumran di Laut Mati, antara lain disebutkan:

"Messiah, Putra Allah, telah dipilih dan bersama-sama dengan Allah sebelum dunia diciptakan" (48:6).

Pra-eksistensi Messiah dikenal bukan dalam sosok fisik(shape/frame/figure) seorang manusia, melainkan sebagai Memra yang dalam bahasa Ibrani selain dikenal sebagai Davar (Sabda), disebut juga sebagai hokmah (Hikmat) atau da'at Elohim (Ilmu Allah).

Engkau telah menciptakan semua ini, dan dengan Hikmat rencana-Mu Engkau telah mempersiapkan hukum-hukum sebelum alam semesta ada. Oleh Sabda-Mu semuanya telah ada, dan tanpa Engkau tidak ada sesuatu yang ada dari segala yang telah dijadikan

(Hodayot/1QH 1,19) 8)

Segala yang ada dan akan datang berasal dari Ilmu Allah. Sebelum semua itu ada Ia telah menentukan dengan rencana-Nya

(1 QS 111:15-16) 9)

Semua orang yang melakukan kebenaran mereka dipimpin oleh Pangeran Terang dan mereka berjalan di dalam terang

(1 QS 111:20). 10)

Di sini Al-Masih/Messiah sebagai Sabda dan 'Ilmu Allah diidentitikan (dipersamakan) dengan Pangeran Terang dan orang-orang yang mengikut Dia disebutkan "berjalan dalam terang". Secara khusus naskah-naskah Qumran juga mengenal sebutan "anak-anak terang" (bene 'or) dan (sebaliknya) "anak-anak kegelapan" (bene hosyek).

Sebuah naskah Qumran yang ditemukan di gua pertama berjudul "Milhamah" (Perang). Perjanjian Baru juga mengenal sebutan "anak-anak Terang" (Yunani: houi photos, Yoh. 12:36; 1 Tes. 5:5; atau tekna photos, Ef. 5:8). Tetapi antara pemikiran Kristen dengan komunitas Qumran tetap sangat berbeda. Dalam naskah Qumran "Terang" belum mengalahkan kegelapan, dan peperangan antara gelap dan terang akan terus berlangsung sampai kedatangan Messiah pada akherit hayyamim (zaman akhir). Tetapi, dalam Injil Terang sudah fatang dan memproklamasikan kemenangan-Nya atas kegelapan: "Terang itu telah bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak mengusainya" (Yoh. 1:5).

Perbedaan lainnya, dalam Injil ditegaskan bahwa Messiah justru menjadi "Terang bagi bangsa-bangsa (asing) (yakni goyim)". Tetapi dalam naskah Qumran, mereka diajarkan berdoa untuk memisahkan diri dari bangsa-bangsa:

"Avi we'lohai, 'al ta'azbeni beyad haggoyim".


Artinya: "Bapaku dan Tuhanku, bebaskanlah aku dari tangan bangsa-bangsa lain / goyim" (4 Q 372). (11)

 

Tetapi perbedaan ini dapat dijelaskan oleh karena dalam pengharapan Yahudi pada umumnya, kuasa atas kaum goyim (bangsa-bangsa asing) memang baru dinyatakan pada zaman Messiah.

Sementara itu, pemimpin sekte Eseni di Qumran yang bergelar "Guru Kebenaran" (moreh hassedeq) atau "guru persekutuan" (moreh hayyahad) memang tidak pernah menyatakan diri sebagai Messiah. Kedatangannya hanya untuk mempersiapkan kedatangan Messiah, seperti guru-guru Yahudi pada umumnya.

 

TERANG DARI TERANG:

KRISTOLOGI BAPA-BAPA GEREJA AWALAN

Bahawa 'Or (Terang) dikaitkan dengan Mesiah dan pribadi Ilahi-Nya, terang dari latar belakang pengharapan mesianik Yahudi seperti yang disebutkan di atas. Refleksi Bapa-bapa Gereja tentang Kristus dapat dilihat lebih jelas dari latar belakang Yahudi ini. Mar Anthanasius dari Iskandariyah (lahir tahun 296 TM) telah menulis":

"Ada bukti kuat dari Kitab Suci, bahwa Firman Allah adalah Putra-Nya, dan bahwa Putra adalah Firman dan Hikmat Bapa."

Dalam Kitab Suci kedua gelar ini dipakai bersama-sama. Ia disebut Putra untuk menegaskan bahwa Isa al-Masih sungguh dan menurut kodrat berasal dari Bapa, dan di pihak lain untuk menghidari bahwa asal itu dimengerti secara manusiawi, maka ia juga disebut Firman, hakimat dan Cahaya untuk menunjuk kepada Hakikat-Nya (Contra Arian 111, 28) (12).

Apakah makna Isa al-Masih sebagai Cahaya Kemuliaan Allah? Artinya, laksana matahari dikenal melalui cahaya-Nya, dan sinar matahari itu sungguh-sungguh sama dan sehakikat dengan wujud yang dipancarkan. Demikianlah sebagai Firman Allah Isa sungguh-sungguh memancarkan Wujud Allah.

Karena itu, Isa sudah bersabda, "Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu sudah mengenal juga Bapa-Ku" (Yoh. 8:19). Inilah maksud penegasan Kanun al-Iman (Syahadat Nikea 325), bahwa Dia adalah :

"nur min nur, idahu haqq min ilahu haqq:


yaitu Terang dari Terang, Allah sejati dari Allah yang sejati." (13)

Maksud ungkapan "terang dari Terang" (nur min nur) di sini, dijelaskan oleh Mar Anthanasius al-Iskandari sebagai berikut:

Laksana sinar matahari adalah bagian dari matahari. Meskipun demikian hakikat matahari tidak terbagi dan terkurangi karena sinarnya. Hakikat matahari adalah lengkap dan sinarnya juga lengkap dan sempurna. Sinar itu tidak mengurangi hakikat terang, tetapi pancarannya yang sejati. Demikian pula Putra dilahirkan bukan di luar Bapa, tetapi dari Allah sendirir. Allah Bapa tetap lengkap, sedangkan "Gambar Wujud-Nya" (Ibrani 1:3) adalah kekal serta memelihara kesatuan-Nya dengan Allah dan Rupa-Nya yang tidak berubah

(Contra Arian 11, 24.33).

Jadi, kelahiran Isa ke dunia adalah bukan awal dari eksistensi-Nya. Sebab sebagai Firman Allah (Arab: Kalimatu-llah) Isa sudah ada sebelum Dia secara jasmaniah dilahirkan oleh Sayidatina Maryam al-Adzra (Bunda kita Perawan Maria). Karena itu, Kanun al-Iman (Syahadat Kristian) menegaskan bahwa sebagai Putra (Firman) yang dilahirkan dari Dzat Allah sebelum adanya zaman-zaman (mauludu minal Abi qabla kulla ad-duhr), Isa al-Masih "dilahirkan, dan bukan diciptakan" (al-mauludu ghayr al-makluq).

Mengapa Ia tidak diciptakan? Karena jelas Isa adalah Firman Allah yang 'azali (tanpa permulaan). Justru melalui Firman-Nya Allah menciptakan segala sesuatu (bihi kana kullu sya'in). Karena itu sebagai Firman Allah Isa Satu dengan Allah dalam Dzat-Nya (al-wahidi ma'al Abi fi dzartihi). Akhirnya, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa gelar "Nur" (Terang, Cahaya) bagi Isa menunjuk pada Firman Allah yang Qadim (kekal), seperti disebut dalam kidung 'Id ul Milad (Perayaan Natal) yang biasa dinyanyikan umat Kristen Ortodoks Koptik di Mesir dalam bahasa Arab:

Ayuha as-Sayid ar-Rabb Ilahuna al-Khaliq,

alladzi arsala nurihi al-haqiqiy, Ibnahu

al-wahid Yasu' al-Masih

al-Kalimat al-dzatiy.


Wahai Tuhan junjungan dan sembahan kami,

Sang Pencipta yang telah mengirimkan Nur-Nya

Yang sejati Putra-Nya yang tunggal, Yesus al-Masih,

Firman-Nya yang abadi. (14)

 

Nota-Nota dan Referensi:

Makalah ini diterbitkan dengan seizin penulisnya saudara Mas Bambang Noorsena dan disertakan setinggi-tinggi penghargaan kepadanya.

  1. Bambang Noorsena, Religi dan Religiusitas Bung Karno (Denpasar: Bali Jagadhita Press, 2000), hlm. 145
  2. Hal ini dapat dibaca dalam AlKitab al-Muqaddas (Alkitab berbahasa Arab). Misalnya istilah Ibrani syir ha-ma'a lot (nyanyian orang-orang yang naik ke kota suci Yerusalem untuk ber-Hag (berhari-raya) diterjemahkan dalam bahasa Arab Nasid al-Hujaj (nyanyian orang-orang yang ber-hajji). Lihat Mazmur 120-146, Alkitab Al-Muqaddas ay Kitab al-'Ahd al-Quran wa al-'Ahd al-jadid (Beirut: Dar al-Kitab Al-Muqaddas fii al-Syariq al-Ausath, 1996).
  3. David H. Stern, Jewish New Testament Commentary (Maryland: Jewish New Testament Publications, Inc. 1995), hlm. 181-182.
  4. Ibid, hlm. 182
  5. Risto Santala, The Messiah in the New Testament in the Light of Rabbinical Writings (Jerusalem: Keren Ahvah Meshihit, 1993), hlm. 70-71.
  6. Ibid.
  7. Targum adalah komentar-komentar Perjanjian Lama dalam bahasa Aram yang berasal dari zaman sebelum Kristian. Isa al-Masih sendiri, ketika mengutip Perjanjian Lama ternyata lebih banyak bergantung pada Targum ketimbang langung mengacu pada Tenakh (Torah, Nebiim we Khe-tubim). Misalnya, Isa mengutip Kitab Zabur/Mazmur 22:2 dari Targum Aram berbunyi: Eli, Eli, lamma sabachtani Markus 15:33). Teks Ibrani aslinya berbunyi: Eli, Eli lamma azvatani. Lihat: Teks Ibrani dari Mazmur/Sefer Tehilim 22:2 dalam Torah Nebim we Kketubim (Yerusalem: The Bible Society in Israel, 1991).
  8. F.G. Martinez and Eibert J.C. Tigchelaar (ed.), The Dead Sea Scrolls Study Edition (Leiden: E.J. Brill, 1997), hlm. 147.
  9. Risto Santala, Op. Cit, hlm. 65-66.
  10. Ibid.
  11. Joseph A. Fitzmeyer, SJ. Responses to 101 Questions on the Dead Sea Scrolls (New York: Paulist Press, 1992), hlm. 103.
  12. Tom Jacobs, SJ. Imanuel: Perubahan dalam Perumusan Iman akan Yesus Kristus (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 202
  13. Teks Kanun al-Iman dalam bahasa Arab ini, dikutip dari Isodorus al-Baramus, Al-Ajabiyat: Shalawat al-Sa'at wa Ruh al-Tashra'at (Allepo/Halab: Dar al-Raha, 1990), hlm. 102-104.
  14. Al-Baba Shenuda III, The Coptic Liturgy of St.Basil, Coptic-Arabic-English (Cairo: Dir Yuhanna al-Habib lil-Nasyir, 1993), Hlm.293.


Indeks Utama