AL-MASIH - BAGAIKAN PELANGI KEAGUNGAN

Al Masih seperti Adam                                                     

Al Masih seperti Kitab Allah                                           

Al Masih seperti Malaikat Jibril                                     

Al Masih, Keajaiban Firman-firmannya                          

Al Masih, Penyelamat                                                      

Al Masih, Raja                                                                  

Al Masih, Manusia Miskin                                              

Al Masih, Teladan Tertinggi                                

Al Masih Menemui Penentangan Terbesar 

Para mufasir yang mencerminkan dirinya pada persona Isa, menemukan mereka mengungkapkan dengan penuh rasa keagungan yang mutlak.  Mereka merasakan tidak membesar-besarkan dalam menggambarkan Isa dengan gambaran yang setinggi mungkin.  Mereka berpendapat dari penemuan mereka adalah sangat wajar untuk memberikan mahkota pelangi keagungan bagi Isa Al Masih.

Al Masih seperti Adam

Al-Qur’an mengatakan bahwa Isa seperti Adam: ‘... Sesungguhnya perumpamaan penciptaan Isa menurut pandangan Allah tidak ubahnya seperti penciptaan Adam yang diciptakan dari unsur tanah, lalu diucapkan-Nya: “Kun!” maka Adam pun menjelmalah’. [109]

            Baidawi juga merujuk pada kesamaan ini.  Di antara berbagai penjelasan ia memberikan Isa gelaran “Firman Allah” (Kalimahtullah).  Ia mengatakan bahwa Isa disebut sebagai Firman Allah karena:

Ia seperti Adam tanpa ayah, jadi ia seperti suatu keanehan yang secara tanpa diketahui awal dalam penciptaannya secara asli (Al-bid’iyat) yang merupakan kepatuhan dunia terhadap Allah atau urusan Allah, atau saja ia seperti Kitab Allah. [110]

            Isa Al Masih seperti Adam dalam dua hal: pertama, ia sama-sama tidak memiliki ayah duniawi; dan yang kedua, ia sama-sama diciptakan dalam keadaan penciptaan asli, sebagaimana Adam sebelum ia tidak mematuhi Allah (di mana Isa dilahirkan tanpa dosa dan hidup tanpa dosa).  Di lain pihak, Isa tidak seperti Adam di mana ia memperbaiki dan menciptakan suatu suasana baru, sedangkan Adam karena perbuatannya menyebabkan kejatuhan peradaban manusia sehingga ia diusir dari Firdaus, Seperti yang dinyatakan oleh Hadis:

Nabi Musa mempermasalahkan Adam dengan mengatakan: “Ya Adam! Engkau ayah kami namun engkau telah gagal sehingga membuat kami jatuh dalam kekecewaan, yang berupa ketidak gembiraan (karena engkau kita telah terusir dari Firdaus); yakni, engkau sebagai penyebab dikeluarkannya kita dari tempat yang kekal dan kebahagiaan yang sempurna ke tempat yang menderita dan kehancuran”. [111]

            Baidawi mengatakan bahwa, tidak seperti Adam, Isa ‘sudah biasa menghidupkan orang yang mati dan hati yang mati dihidupkan’ [112] dan dalam penjelasan pengungkapan ‘diperkuat oleh Roh Suci’ yang terus kekal berkelanjutan, Isa secara kekal diakui:  

...dengan firman-firman dimana agama terus hidup, roh manusia mempunyai hidup kekal dan membersihkan [manusia] dari dosa-dosa. [113]

            Juga, Razi mengatakan bahwa ‘melalui dia [Isa], Allah membawa manusia keluar dari tipuan, sebagaimana halnya manusia hidup karena Roh Suci’. [114]

            Jadi, tidak seperti Adam karena keingkarannya kepada Allah yang justru membawa penderitaan kepada manusia, Isa membawa orang yang mati menjadi hidup kembali dan membawa pengharapan kepada hati yang mati. Isa seperti Adam dalam keadaan asli yang tidak bercela, dan tidak seperti Adam, yang gagal dalam membawa umat manusia, karena Isa adalah merupakan sarana atau jalan hidup, harapan dan kekekalan. 

Al Masih seperti Kitab Allah

Dalam ulasan Baidawi atas ayat Al-Qur’an 3:39 yang dipetik di atas, ia mengatakan bahwa Isa disebut sebagai Firman Allah karena ‘ia seperti Kitab Allah’. [115]   Bagaimana Isa dikatakan sebagai Kitab Allah?

            Pertama, Isa dan Kitab Allah memiliki pengaruh yang sama dalam kehidupan manusia.  Razi mengatakan:

Ia adalah penyebab kehidupan rohaniah  manusia dalam agama mereka. [116]

            Baik Isa maupun Kitab Allah memiliki kuasa untuk merubah kehidupan manusia.  Isa adalah diakui sebagai ‘firman di mana roh manusia hidup kekal, dan bisa membersihkan manusia dari dosa.’ [117] Jadi Isa adalah Kitab Allah dalam bentuk manusia, bisa membersihkan manusia dari dosanya dan akan mendorong pada kehidupan yang kekal.

            Kedua, keduanya disebut ‘Roh’.  Razi menyatakan:  

"Allah, dalam menggambarkan Al-Qur’an, mengatakan: ‘Demikianlah Kami telah mewahyukan kepada engkau suatu roh dari perintah Kami.” [118]

            Panggilan ini hanya diberikan atau ditujukan kepada Isa, pimpinan malaikat yakni Malaikat Jibril dan Al-Qur’an.  Razi dalam kutipan diatas menyamakan Isa dengan Al-Qur’an sebagai sumber pengaruh rohaniah  terhadap kehidupan manusia karena keduanya telah diberikan suatu roh yang sama.

            Ketiga, baik Isa maupun Kitab Allah merupakan milik dunia perintah Allah.  Seperti yang Baidawi nyatakan:  

Ia [Isa] seperti ciptaan asli yang mengundang kekaguman karena belum terjadi sebelumnya (al-bid’iyat) yang merupakan perintah Allah atau urusan Allah atau ia seperti Kitab Allah. [119]

        Dunia perintah Allah termasuk Al-Qur’an.  Jadi digambarkannya sebagai berikut:  

Begitulah atas perintah Kami, dikirimkanlah suatu Utusan Wahyu kepada engkau.  Sebelumnya engkau tidak mengetahui, apakah Al-Qur’an dan Iman itu.  Namun Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya yang terang benderang, dengan mana Kami beri petunjuk siapa-siapa yang dikehendaki diantara hamba-hamba Kami.  Justru itulah engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan yang lurus. [120]

            Al-Qur’an menggambarkan Roh Allah sebagai:  

Mereka bertanya kepadamu tentang Roh. Katakanlah!: “Roh itu termasuk urusan Allah.  Adapun ilmu yang telah kamu peroleh tentang Roh itu masih terbatas sekali!” [121]

            Tidaklah mengherankan bahwa Baidawi menyebutkan Isa seperti Kitab Allah langsung setelah menyatakan bahwa Isa termasuk dalam dunia Perintah Allah.

            Adalah menarik untuk diketahui bahwa kata yang sama (alqa) yang biasa digunakan untuk menggambarkan datangnya Isa.  Untuk itu kita bisa baca dari Al-Qur’an:  

Engkau tidak pernah mengharap-harapkan supaya Al-Qur’an itu diturunkan (yolqa) kepadamu, hal itu semata-mata kasih sayang dari Tuhanmu.  Karena itu sekali-kali janganlah kamu menolong orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an itu. [122]

            Mengenai Isa Al-Qur’an mengatakan:  

... Sesungguhnya Al Masih putera Maryam itu adalah Rasul Allah, dan terjadinya dengan Kalimat Cipta yang disampaikan (alqaha) kepada Maryam dengan perantaraan Roh sesuai dengan perintah-Nya. [123]

            Jadi tidak mengherankan bahwa Razi tidak ragu-ragu mengatakan bahwa Isa adalah Kalimat Kebenaran.  Seperti apa yang diungkapkan dalam Al-Qur’an: ‘Itulah Isa anak Maryam, dan itulah kebenaran yang mereka ragu-ragukan’ (Al-Qur’an 19:34).  Razi menyatakan:  

... Isa sendiri adalah Kalimat Kebenaran karena ‘Kebenaran’ itu adalah nama Allah.  Jadi tidak ada perbedaan antara mengatakan Isa adalah Firman Allah dan mengatakan Isa adalah Kalimah Kebenaran. [124]

           Oleh karenanya, seperti halnya Kitab Allah adalah kebenaran tentang Allah, Isa adalah Kalimah Kebenaran tentang Allah.

            Akhirnya, mengenai Kalimah Allah Al-Qur’an menyatakan bahwa: ‘Kalimah Allah adalah yang tertinggi’. [125] Isa juga adalah yang tertinggi sama seperti yang dinyatakan oleh Al-Qur’an: ‘Allah mengangkat dia [Isa] kepada sisi-Nya, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.’ [126]

            Adakah yang lebih tinggi daripada yang diangkat ke sisi Allah sendiri?

            Jadi Isa dan Kitab Allah sama karena kedua-duanya memberi kehidupan, kedua-duanya dipanggil sebagai roh,dan kedua-duanya merupakan milik dunia perintah Allah. Tidak bisa  dikatakan bahwa Nabi Musa atau Nabi Ibrahim atau nabi-nabi yang lain adalah sama dengan Kitab Allah.  Para komentor yang berhadapan dengan pelbagai bentuk peribadi Isa tidak merasa sukar untuk menyatakan bahwa Isa Al Masih itu serupa dengan Kitab Allah.  Bahkan kesamaan itu memenuhi Isa dengan begitu natural sekali.

Al Masih seperti Malaikat Jibril

Isa Al Masih juga sama seperti Malaikat Jibril, malaikat yang menyampaikan wahyu atau inspirasi, pembawa Kitab Allah kepada nabi-nabi.  Kesamaan tersebut adalah sama dengan persamaan antara Isa dengan Kitab Allah.

            Seperti telah disebutkan sebelumnya, Isa dan Kitab Allah sama-sama abdi Allah.  Begitu juga dengan Jibril.  Kedua-duanya Isa dan Jibril adalah disebut roh yang sangat berpengaruh atas jiwa manusia, tanpa semua itu manusia tidak memiliki kehidupan.  Hal ini dipertegas dan diperjelas dalam pernyataan Razi.  Razi menyebut Isa Al Masih sebagai Roh Allah dalam pernyataannya:

... karena dialah, Allah membawa manusia keluar dari penipuan kepada kehidupan, ssama seperti manusia hidup dengan roh itu ... [127]

            Dan pada Bahagian lainnya, Razi menyatakan tentang Malaikat Jibril:

Seperti halnya manusia hidup karena roh, begitu juga dengan Jibril .. Adalah penyebab kehidupan kepada hati manusia, melalui pengetahuan yang diberikannya. [128]  

            Jelaslah nama-nama Isa Al Masih dan Malaikat Jibril bisa saling menggantikam tanpa merubah hakikatnya seperti yang dinyatakan dalam kedua kutipan diatas.

            Hakikat yang saling mendukung ini jelas dalam ulasan Baidawi atas penguatan Isa dengan Roh Suci: ‘... “oleh Roh Suci” yang berarti Jibril, atau roh Isa Al Masih...’ [129] Baidawi tidak menunjukkan perbedaan di antara  penguatan itu oleh roh Isa atau Jibril.  Andaikata ada perbedaan, Baidawi tidak akan mensejajarkannya.  

            Razi juga mensejajarkan roh Isa dengan Jibril.  Mengulas ayat Al-Qur’an 16:2 (‘Dia menurunkan malaikat dengan Roh perintah-Nya untuk menyampaikan wahyu...’), dia menyatakan apa yang dimaksudkan dengan Roh itu:  

‘Ilham’(wahyu), yakni Firman Allah ...Dengan menyebut ‘Ilham/inspirasi’ Roh sangat cocok dan tepat dan apa yang memperkuatkan [tafsiran] tersebut adalah kata Roh yang diberi untuk menerangkan tentang Jibril... Di dalam Al-Qur’an, 26:193 (‘Dibawa turun dengan Roh Kesetiaan’) dan keterangan tentang Isa dalam Al-Qur’an, 4:170.  Oleh karenanya, keterangan ini sungguh baik karena dengan Isa Al Masih dan Malaikat Jibril, kehidupan pada hati dan bimbingan dan pengetahuan (akan Allah) dihasilkan. [130]

            Singkatnya Razi menyatakan bahwa Isa Al Masih  dan Jibril mempunyai pengaruh yang sama atas hati manusia.

            Isa dan Jibril adalah juga sama karena keduanya adalah pesuruh bagi nabi-nabi, atau nabi kepada nabi.  Isa adalah obyek iman Yahya.  Isa dihormati oleh Yahya sehingga dia bersujud kepadanya walaupun masih berada dalam kandungan ibunya.  Kita diberitahu bahwa Yahya adalah orang yang pertama yang percaya akan Isa sebagai Firman Allah.  Isa tidak bersujud kepada Yahya tetapi sebaliknya. Isa adalah nabi kepada nabi Yahya. Dalam hal ini, Isa adalah seperti Malaikat Jibril, nabi kepada nabi-nabi. Tidak heranlah bahwa semua nabi-nabi yang dibawah ilham Ilahi berbicara tentang kedatangannya.

            Sementara Isa dan Jibril adalah sama, Isa memiliki suatu tambahan perbedaan yang jelas.  Hal ini dinyatakan oleh Baidawi, bahwa Isa dipanggil sebagai ‘roh karena dia dahulunya biasa menghidupkan orang mati dan menghidupkan hati yang mati’.  Isa tidak melakukan semua ini secara metafor, tapi dia melakukannya secara nyata dalam masa dan ruang.  Baidawi menyatakan:  

‘Dengan roh suci’ berarti Jibril, atau roh Isa Al Masih ... atau Nama Agung yang Isa gunakan untuk membangkit orang mati. [131]

            Meskipun Baidawi tidak membuat perbedaan antara Jibril, roh Isa dan Nama Allah, saya mau membuat demikian karena: pembangkitan orang mati ialah satu kuasa ilahi, jadi tepatlah untuk mengandalkannya kepada Allah dan bukannya Jibril.  Oleh karenanya, gelar yang sangat tepat dari ‘Roh Suci’ ialah ‘Nama Agung Allah’ atau ‘Roh Isa’.

            Ulasan lainnya datang dari Qasemi yang memandang gelar ‘Roh Suci’ mengacu kepada Roh Isa dan bukannya Jibril.  Dia menyatakan:  

...dengan Roh Suci...adalah roh suci yang Allah hembuskan kedalamnya dan meninggikannya daripada yang lainnya yang Dia ciptakan, sebagaimana Yang Maha Tinggi menyatakan ‘Dan Roh berasal dari Dia’ dan dia, oleh Roh itu, telah dibedakan dengan mambangkitkan banyak orang dari kematian. [132]

            Tidak tertulis dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Jibril diberi kuasa untuk menghidupkan kembali orang mati, seperti yang telah kita temukan kuasa hanya diberikan kepada Isa.  Hal ini kelihatannya sebagai tafsiran yang paling tepat tentang penguatan Isa dengan Roh Suci Isa, karena kekuasaan untuk menghidupkan orang mati merupakan monopoli Allah sendiri dan tidak diberikan kepada Jibril.  Oleh karenanya, Isa seperti Adam, suatu keajaiban yang tidak ada duanya seperti Kitab Allah bahkan sampai sekarang masih hidup.  Dia juga seperti Jibril pembawa Kitab Allah dan seperti Nama Allah yang menghidupkan kembali orang mati.  Tentunya hal ini merupakan sederetan sifat yang mengesankan.

            Persamaan-persamaan antara Jibril dan Isa sangat jelas dan berbagai ragam.  Coba kita renungkan ulasan Razi atas Al-Qur’an, 16:2 yang dikutip diatas yang menyamakan Isa dengan Jibril (Roh Suci), karena keduanya adalah penyebab ‘hidupnya hati dan sebagai pembimbing dan pengetahuan akan Allah’ bagi umat manusia.  Sekali lagi kita bisa melihat kesatuan Roh Suci dengan Isa.  Kedudukan yang diisi oleh Isa lebih jauh seperti yang ditunjukkan oelh ayat Al-Qur’an berikut:  

Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa lalu kami iringi sesudahnya dengan beberapa orang Rasul dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa keterangan mujizat, serta Kami perkuat dia dengan Roh Suci. [133]

            Menurut pengamatan Razi atas ayat ini:  

Pemberian hak dari Jibril yang eksklusip [di dalam teks Al-Qur’an ianya Roh Suci, bukan Jibril] kepada Isa merupakan sifat yang jelas sehingga tidak ada seorang nabi lain kecuali Isa yang paling utama. [134]

            Dari penyataan di atas, malaikat-malaikat yang menjaga Takhta Allah lebih tinggi derajatnya di atas nabi-nabi, dan Jibril adalah lebih tinggi daripada mereka.

            Sebelumnya kita ketahui Isa Al Masih adalah nabi yang tidak mempunyai dosa oleh karenanya dia tidak meminta pengampunan tetapi memiliki satu roh yang:

...suci, tinggi, syurgawi, bercahaya kuat dengan Nur Ilahi, dan sangat dekat kesamaannya dengan roh para malaikat. [135]

            Di samping itu tersirat bahwa Isa adalah suci dan rohnya persis sama dengan roh malaikat.  Bukan itu saja, Isa adalah lebih utama daripada nabi-nabi lain seperti yang disebutkan terdahulu yang lebih ditegaskan lagi dengan sifat rohnya yang sama persis dengan Jibril, malaikat tertinggi dari semua malaikat.

Al Masih, Keajaiban Firman-firmannya

Para mufasir berpendapat bahwa ungkapan ‘diperkuat dengan Roh Suci’ terhadap Isa Al Masih begitu penting.  Dalam mengulas Al-Qur’an 5:113, Baidawi menyatakan:  

...’dengan Roh Suci’ bisa berarti ‘dengan Jibril’, atau roh Isa atau dengan firman-firman di mana agama hidup atau jiwa hidup secara kekal abadi, sekaligus menyucikan manusia dari dosa, atau dengan Nama yang Agung di mana Isa Al Masih dahulu biasanya menghidupkan kembali orang mati. [136]

            Razi memandang ini sebagai ‘merupakan satu sifat yang jelas sehingga tidak ada seorang nabi lain kecuali Isa yang paling utama’. [137]   Para mufasir berpendapat ungkapan ini adalah yang paling signifikan.  Mereka percaya bahwa penguatan itu sama kuat kuasanya dengan Nama Allah, yang bisa membangkitkan orang mati; atau firman-firman yang keluar dari mulut Isa, yang mempunyai kuasa untuk membersihkan manusia dari dosa serta memberi kehidupan kekal.  Mufassirin menganggap sifat istimewa ini hanya dipunyai oleh Isa secara eksklusip.  Nabi-nabi yang lain hanya mempunyai kuasa untuk memberi peringatan kepada manusia tentang akibat-akibat dosa, tapi tidak untuk membersih dosa dan pemberian kehidupan kekal.  Hanya Isa saja nabi yang mempunyai kuasa tersebut.

            Tugas Malaikat Jibril dipercayai untuk menyampaikan pesan Allah kepada nabi-nabi lain, kemudian kembali hadir ke Takhta Allah. Tapi tugasnya kepada Isa ialah suatu yang berkesinambungan.  Jadi yang bersama Isa sepanjang masa ialah Jibril imam para malaikat yang bertugas di sekitar Takhta Allah yang Maha Tinggi itu, dengan melibatkan diri dalam nyayian pujian dan syukur sepanjang masa.  Maka tidaklah mengherankan mengapa mufassirin beralih dari mendefinisikan penguatan dengan Roh Suci itu sebagai Jibril, kepada ‘dengan firman-firman di mana agama hidup atau jiwa hidup secara kekal abadi, sekaligus menyucikan manusia dari dosa, atau dengan Nama yang Agung di mana Isa Al Masih dahulu biasanya menghidupkan kembali orang mati’ [138]

            Jadi menurut para mufasir, firman-firman Isa adalah begitu berkuasa untuk memberi kehidupan baik yang kekal ataupun jasmani, dan untuk membersihkan manusia dari dosa mereka.  Kuasa itu kepunyaan eksklusip oleh Isa. Bagaimanakah mungkin, sedangkan kuasa itu hanya kepunyaan yang Ilahi? [139] Ibn ‘Arabi menjawab persoalan ini bila dia berkata kepada sekumpulan penonton yang kebingungan ketika melihat aksi ilahi membangkitkan orang mati oleh seorang insan. 

            Razi memberitahu cerita berikut mengenai pengikut-pengikut Isa Al Masih:  

Pengikut Isa ada dua belas orang semuanya.  Beginilah bagaimana mereka percaya akan dia ... Isa ketemu dengan sekumpulan nelayan, di antara mereka ialah Simion, yakub dan yahya anak Zabadi.  Isa .. Berkata kepada mereka:‘Sekarang kalian menagkap ikan, tapi jika kalian mengikut Aku kalian akan menagnkap manusia untuk Kehidupan Kekal.’  Lalu mereka meminta satu mujizat darinya.  Simion telah coba menangkap ikan semalaman tapi tidak dapat seekorpun.  Isa menyuruhnya menabur jalanya sekali lagi, dan sekarang mereka dapat menangkap begitu banyak ikan sehingga jala mereka hampir koyak.  Lalu mereka meminta bantuan dari sebuah perahu yang berdekatan, dan kedua perahu itu sarat dengan ikan.  Lalu merekapun percaya akan dia. [140]

            Tuntuan Al Masih untuk bisa menangkap manusia bagi kehidupan kekal adalah satu tuntuan yang baik.  Pengikut-pengikut tersebut menginginkan bukti jika mereka mengikutnya dan mereka akan bisa menangkap manusia untuk kehidupan kekal.  Baidawi menyatakan bahwa Isa mempunyai kata-kata yang bisa memberi kehidupan kekal. Karena pemberian kehidupan kekal dan membangkitkan orang mati adalah satu kuasa ilahi, pengikut-pengikut itu mesti merasa binggung bagaimana manusia biasa bisa melakukan semua itu? Jadi, mereka mau Isa buktikan kepada mereka bahwa dia bisa melakukan semua itu.  Pengikut Isa tidak meminta bukti dia seorang nabi atau bukan; sebaliknya, mereka maukan bukti tentang kuasanya untuk memberi kehidupan kekal.

            Jadi kita bisa membuat kesimpulan bahwa Isa sememangnya membangkitkan orang dari kematian, dan dia bisa membersihkan manusia dari dosa-dosa dan memberi mereka kehidupan kekal.  Ini benar-benar satu mujizat dari segala mujizat.

Al Masih, Penyelamat

Hanya terdapat dua orang, yang menurut Al-Qur’an, yang diberikan nama oleh Allah sebelum kelahiran mereka.  Mereka adalah Yahya dan Isa.  Mengenai Isa, Al-Qur’an menyatakan:  

Dan ingatlah pula ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira dengan sebuah Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih Isa bin Maryam, orang terhormat di dunia dan akhirat, termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah. [141]

            Perhatikan dua perkara tentang nama “Isa”.  Pertama, Qasemi dalam komentarinya yang berjudul Mahasen at-Ta’aweel, mengatakan:  

Nama Isa ialah satu nama Arab, dari satu kata Yunani, yang berati Juruselamat, dan ianya sama dengan Yeshua dalam Bahasa Ibrani. [142]

            Ketika Malaikat Jibril muncul di depan Maryam, dia semestinya berkata dalam bahasa Maryam, yaitu Bahasa Ibrani.  Kedua, nama yang diberikan kepada Isa oleh Allah adalah sebelum kelahirannya.  Namanya tidak diberikan oleh manusia tapi Allah, yang kata-kata-Nya bukanlah kata-kata manusia.  Al-Qur’an menerangkan firman-firman Allah sebagai:  

Telah cukup sempurna firman Tuhanmu dalam Al-Qur’an, penuh berisi kebenaran dan keadilan.  Tidak ada seorangpun yang dapat merubah firman-firman-Nya itu. [143]
 

Dan ‘Allah berfirman apa yang benar, dan membimbing perjalanan.’ [144]

            Allah berfirman tanpa membesar-besarkan kata, hanya yang tepat dan sempurna.  Al Masih diberi nama sebagai Isa oleh Allah yang Maha Mengetahui.  Namanya adalah Isa Putera Maryam.

            Nama yang diberikan kepadanya oleh Allah berarti ‘penyelamat’.  Dalam cara apakah Isa seorang penyelamat?

Apakah dia penyelamat karena dia akan menyelamatkan dunia dari Al Masih palsu?  Atau ada lagi dimensi lain tentang penyelamatannya?  Suyuti menulis tentang cerita berikut:  

Apabila Isa dan Yahya tiba di satu kampung, Isa akan mencari orang-orang berdosa di kampung itu sementara yahya akan pergi kepada orang-orang yang  saleh.  Maka bertanyalah Yahya: ‘Mengapa engkau mencari orang berdosa?’ Isa menjawab: ‘Aku seorang tabib, aku datng untuk menyembuh yang sakit.’ [145]

            Cerita ini memberitahukan kepada kita bahwa Isa datang untuk menyembuhkan mereka yang sakit karena dosa dan memberikan mereka kehidupan.  Dia datang untuk menyelamatkan mereka yang menjadi mangsa serangan Syetan.  Penyembuhan ini adalah lengkap sehingga dia ‘dipanggil sebagai roh karena dia biasa membangkitkan orang dan hati yang mati kepada kehidupan.’ [146]

            Kehidupan yang bagaimana yang Isa berikan kepada orang berdosa? Ketika Razi menghubungkan cerita bagaimana Isa ketemu sekumpulan nelayan termasuk Simion, Yakub dan Yahya, dia beritahu kepada kita bahwa isa berkata kepada mereka, ‘sekarang kalian menangkap ikan, tapi jika kalian mengikut aku kalian akan menangkap manusia untuk kehidupan kekal’.

            Isa ialah juruselamat yang diangkat oleh Allah.  Dia menyelamatkan manusia dari dosa-dosa semasa dia di dunia.  Pengangkatannya ke sisi Allah tidak membuat aktivitas penyelamatannya terhenti.  Dia adalah tangan Allah yang gagah yang menyelamatkan manusia secara abadi, terutama mereka yang sakit dari dosa.

Al Masih, Raja

Satu daripada nama-nama yang diberikan kepada Isa dalam Al-Qur’an ialah ‘Al Masih’. [147]   Berikut adalah beberapa maksud ‘Al Masih’ yang diberi oleh ulama-ulama:  

Al Masih berarti yang diberkati atau diredho. [148]

Dia dipanggil sebagai Al Masih karena siapa saja yang sakit, akan sembuh penyakitnya jika disentuh oleh tangan Isa. [149]

Dia dipanggil sebagai Al Masih karena dia menjelajah bumi ini dan tidak tinggal di satu tempat yang sama. [150]

Dia dipanggil sebagai Al Masih karena dia biasa mengurapi kepala anak yatim piatu untuk Allah. [151]

Dia dipanggil sebagai Al Masih karena dia telah diurapi dan maka itu dia suci dari dosa-dosa. [152]

Dia dipanggil sebagai Al Masih karena dia diurapi dengan minyak suci yang digunakan hanya untuk nabi-nabi yang diridhohi. [153]

Dia dipanggil sebagai Al Masih karena dia diurapi dengan sayap Malaikat Jibril dan dilindungi dari sentuhan Syetan. [154]

Keindahan ialah satu berkat , maka keindahan dimanifestasikan keatasnya. [155]

Dia dipanggil sebagai Al Masih karena dia menjelajah bumi ini, dalam arti kata lain, dia bisa menjelajah ke seluruh temapat dalam masa yang singkat.  Atau karena, apabila dia keluar dari rahim ibunya, dia sudah diurapi dengan minyak. [156]

...Al Masih berarti raja.  Atau Al Masih berarti yang mulia. [157]

            Dari penyataan-penyataan di atas kata ‘diurapi’ lah yang paling banyak digunakan. Karena pelbagai maksud nama ‘Al Masih’ itu, kita harus melihat maksud asal kata tersebut.  Namanya adalah kata Bahasa Ibrani dan bukannya Arab, sama seperti Jibril (Gabriel).  Baidawi menegaskan ini ketika dia menyatakan ‘kata “al- Masih” itu berasal dari satu kata Ibrani, Mashih’. [158]

            Qasemi melihat maksud asal nama “Al Masih” dan dia menyatakan sebagai berikut:

Maksud asal gelaran itu [‘Al Masih’] ialah seperti berikut: menurut hukum mereka yang dinyatakan, siapa saja Imam [pemimpin agama] mengurapi dengan urapan suci, akan menjadi suci, layak untuk kerajaan itu dan pengetahuan dan derajat orang saleh yang tinggi, dan diberkati.  Maka Allah Yang Maha Tinggi telah nyatakan, dengan gelaran itu, bahwa Isa adalah berada dalam keadaan yang senantiasa diberkati akibat dari pengurapan tersebut, walaupun dia tidak diurapi secara jasmani. [159]

            Cara penggunaan kata ‘diurapi’ oleh Qasemi itu sama dengan cara yang digunakan oleh mufassirin di atas. Bagaimanapun, dia menambahkan bahwa pengurapan itu membuat orang yang diurapi layak menjadi seorang raja, yang dilengkapi dengan pengetahuan dan derajat orang saleh yang tinggi sehingga dia bisa memerintah dalam kemuliaan.  Qasemi selanjutnya menujukkan maksud itu kepada Isa, menyatakan bahwa gelar itu diberikan kepada Isa oleh Allah, sehingga dia berada dalam keadaan yang senantiasa diberkat i, walaupun dia tidak diurapi oleh siapapun.

            Penerangan Qasemi itu didukung oleh dua maksud yang diberikan oleh Razi, yaitu, bahwa ‘Al Masih berarti seorang raja atau yang mulia’, [160] dan bahwa ‘ketika dia keluar dari rahim ibunya, dia sudahpun diurapi dengan minyak’. [161] Jadi, Isa ialah raja kemuliaan itu, walaupun dia tidak diurapi oleh siapapun, tapi sudah diurapi ketika dia dilahir.

            Kita kini perlu bertanya ‘Siapakah yang mengurapinya?’ Jika dia tidak diurapi oleh manusia, maka sudah pasti Allah yang Maha Tinggi itulah yang mengurapinya, yang juga telah memberikan Isa gelar ‘Al Masih’ sebelum dia dilahirkan.  Dia adalah Firman Allah, Roh Allah. Dan Al Masih Allah.  Al Masih telah diurapi oleh Allah untuk menjadi raja.  Dia dilahirkan sebagai raja dengan pengangkatan ilahi.  Dia adalah raja yang hidup, karena apabila sesorang diurapi oleh makhluk hidup, kedua yang diurapi dan mengurapi akan mati; tapi yang diurapi oleh Allah yang hidup selamanya, dia adalah raja untuk selamanya, dan hidup bersama Allah.

Al Masih, Manusia Miskin

Walaupun Isa seorang raja yang diurapi, kehidupannya ditambah dengan kemiskinan materil.  Razi menyatakan:  

Dia dipanggil sebagai Zakiya, walaupun dia tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Tapi jika anda melihat seseorang di pasar yang tidak mempunyai apa-apa, anda menggolongkannya sebagai orang yang miskin.  Karena siapapun yang Zaky ialah orang yang mempunyai uang, tapi Allah menyatakan dia adalah Zakiya, karena kemiskinan ialah cara hidupnya, dan kekayaannya ialah pengetahuan dan Kitab. [162]

            Apa yang Razi maksudkan ialah Isa adalah miskin dalam harta duniawi tetapi dia kaya dalam Allah.  Suyuti memberitahu kepada kita bahwa Al Masih:  

‘dilahirkan di sisi kandang keledai dan para malaikat menjaganya’ [163]

‘Dia tidak mempunyai rumah untuk tempat tidur’ [164]

tapi ‘bermalam di mana saja ketika malam menjelang’ [165]

 

            Dia adalah seorang raja yang miskin dan rendah hati; tidak dilahirkan didalam istana, bukan juga rumah, tapi dimana hewan ditempatkan. Dia seorang raja yang tidak mencari kesenangan sebuah rumah dimana dia bisa tidur di waktu malam.  Harta yang dia punyai hanyalah ‘baju yang dia pakai diatas kulitnya’. [166] Dia adalah seorang raja yang datang untuk mencari mereka yang dicampakkan oleh masyarakat.  Dan karena itu ‘dia menemani mereka yang lemah dan miskin’ [167]

            Apakah perbedaan antara kemiskinan Isa dengan kemiskinan seluruh dunia ini?  Perbedaan utama ialah: Apabila seorang miskin punya kesempatan untuk mengumpulkan sedikit kekayaan, dia akan lakukannya dengan segala tenaganya.  Isa, bagaimanapun, mempunyai semua kesempatan-kesempatan dalam dunia ini, tapi dia mengesampingkannya.  Dia tidak juga menyimpan makanan untuk hari esok, karena dia berkata:  

Setiap hari datang dengan makanannya. [168]

            Dalam hati setiap orang miskin ada kamar untuk kekayaan dunia ini.  Dalam hati Isa, bagaimanapun, hanya ada ruang untuk Allah dan orang-orang miskin didunia ini.

            Betapa indah citra ini mengenai Al Masih.  Walaupun dia mempunyai pengetahuan tentang yang tidak kelihatan dan bisa ‘mendapatkan yang terbaik’, [169] dia memilih kemiskinan.  Dia memilih untuk menderita sengsara dengan golongan yang terendah dalam masyarakat.

            Tidak ada orang yang miskin seperti dia, dan tidak ada orang yang kaya dalam Allah seperti dia.

Al Masih, Teladan Tertinggi

Mengenai sifat Isa, Suyuti menyatakan bahwa isa berkata: ‘Tanyalah aku [agar engkau bisa belajar dariku], karena hatiku lemah-lembut dan jiwaku rendah hati.’ [170]

            Walaupun dia seorang raja dan pengaruhnya serta kuasanya adalah tidak bisa ditandingi, dia tidak kehilangan rendah hatinya.  Di dalam kuasa dan kelemah-lembutan nya yang tidak saling bertentangan, kemuliaan dan kerendah-hatiannya sungguh harmonis.

            Isa adalah seorang raja yang miskin dan rendah hati, tapi kerajaannya dibina atas dasar yang paling teguh, yaitu, kasih. Suyuti menghubungkan firman Allah kepada Isa:  

Aku memberkat i engkau dengan kasih atas orang miskin dan mempunyai belas kasihan kepada mereka.  Engkau kasihi mereka dan mereka mengasihi engkau.  Mereka akan merasa puas untuk memilikimu sebagai pemimpin dan penuntun rohaniah  mereka, dan engkau akan merasa senang mempunyai mereka sebagai teman dan pengikutmu. [171]

            Pengikut-pengikut Isa menaatinya dengan motif yang tertinggi: kasih, yang bebas dari ketakutan penghukuman dan membenarkan manusia untuk mengekalkan  martabat mereka. Isa memanggil pengikut-pengikutnya kepada satu kehidupan yang sempurna.  Dia juga memanggil umat pilihannya untuk menjadi terang bagi umat manusia, dengan berkata:  

Jika anda mau menjadi umat pilihan Allah dan terang bagi umat manusia, ampuni mereka yang melakukan  amalan yang tidak adil kepadamu, dan carilah orang yang tidak mencarimu, dan berbuat baiklah kepada mereka yang melukaimu, dan pinjamkan kepada mereka yang tidak membayar balik kepadamu. [172]

            Karena Allah maha mengasihani, maka umat pilihan-Nya dipanggil untuk menunjukkan belas kasihan, agar mereka bisa menjadi teladan apa yang digambarkan oleh Al-Qur’an sebagai ‘mereka yang membalas kejahatan dengan kebaikan’. [173] Berlandaskan ungkapan ini, Razi menceritakan peritiwa berikut:

Ada seorang yang bernama Shaqiq Ibn Ibrahim Al-Balthami menyamarkan dirinya dan pergi kepada seorang yang bernama ‘Abd Allah Al-Mubarak, yang bertanya kepadanya: ‘Dari manakah asalmu?’

‘Dari Balkh’, dia menjawab.

‘Adakah engkau mengenali Shaqiq?’ dia bertanya.

‘Ya,’ dia menjawab.

‘Bisakah kamu menggambarkan pengikutnya?’ dia bertanya.

Shaqiq menjawab: ‘Kalau mereka ditolak permintaannya, mereka sabar dan jika mereka diberi sesuatu mereka menunjukkan rasa syukurnya.’

Lalu ‘Abd Allah bertanya: ‘Itulah yang dilakukan oleh anjing kami’.

Lalu Shaqiq berseru: ‘bagaimana mereka yang sempurna harus memberi reaksi?’

‘Abd Allah menjawab: ‘Mereka yang sempurna, bila ditolak, mereka akan berterima kasih, dan bila diberi sesuatu  mereka lebih rela orang lain memilikinya.’ [174]

            Kerajaan Isa adalah satu kerajaan yang menaklukkan dengan kasih, belas kasihan dan membalas kejahatan dengan yang baik.  Isa adalah satu penjelmaan kerajaan itu.  Dia adalah teladan tertinggi bagi manusia untuk mengikutinya.  Di dalam Al-Qur’an, kita membaca tentang Isa yang diberi oleh Muhammad sebagai satu teladan:  

Tatkala soal Isa anak Maryam dikemukakan sebagai contoh tentang penyembahan, maka masyarakatmu bersorak gembira menyambutnya.  Mereka berkata: “Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia Isa itu?” [175]

            Mengulas ayat diatas, Mujahed dan Qatada berkata: ‘Orang-orang Quraysh berkata bahwa  Muhammad ingin kami menyembah Isa seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani.’ [176]

            Teladan-teladan Isa dipandang tinggi sehingga ditanya oleh orang-orang kafir Quraysh: ‘...adakah tuhan-tuhan kami lebih baik dari Isa?’ Teladan Isa memerlukan satu respon dari orang-orang Quraysh, yang memandang dia sebagai satu ancaman kepada tuhan-tuhan mereka sendiri.  Teladannya memaksa manusia membuat keputusan, apakah bersembunyi dibelakang tuhan-tuhan palsu yang mereka sembah atau menyembah Allah yang Esa dan benar.  Teladan Isa membawa ke permukaan apa-apa yang terbaik atau terburuk dalam diri kita, karena dia adalah teladan yang tertinggi.  

Al Masih Menemui Penentangan Terbesar

Pelbagai mufasir memberitahu kita bahwa Isa mula mengajarkan ajarannya pada umur tiga puluh tahun, [177] dan dia diangkat ke syurga ketika dia berusia tiga puluh tiga setengah tahun. [178] Ini berarti misinya kepada umat hanya berlangsung tiga tahun setengah.  Semasa tiga tahun setengah itu Isa bukan saja membangkitkan orang dari mati, dia jugasecara cermat memeriksa/menghidupkan hati (atas iman dan amal) manusia dan menjadi batu ujian bagi pengalaman rohaniah  terdalam mereka. [179]   Walaupun dia seorang yang lembut hati dan berjiwa rendah hati, [180] dia tidak senang digerakkan. [181] Kendatipun banyak mujizat-mujizat yang dia lakukan, dan banyak keuntungan yang dia bawa kepada manusia, dia ditentang bahkan lebih berat lagi daripada  yang dihadapi oleh nabi-nabi lain.

            ‘Abbas al-‘Aqqad, seorang ulama Mesir moden, mengatakan:  

Penentangan yang dihadapi oleh Isa sebagai ‘yang paling berat yang pernah dihadapi oleh nabi-nabi Allah; lebih berat dalam derajat dan bentuk-bentuk penolakkannya dibanding dengan semasa rasul-rasul lain hadapi. [182]

Penentangan ini bertekad untuk menghabisi Isa dengan segala risiko apapun.  Penulis buku City of Wrong, Dr. Kamel Husain, memberitahu kepada kita tentang pemimpin-pemimpin Yahudi merencanakan untuk membunuh Isa, dan ia menambahkan bahwa keinginan untuk membunuhnya saja sudah cukup membuat mereka melakukan kesalahan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah:  

Hari itu adalah Hari Jumaat, tapi tidak seperti hari-hari lainnya: satu hari dimana umat manusia benar-benar sesat, begitu jauh kesesatan mereka sehingga mencapai kesalahan yang paling ekstrim. [183]

            Dan beberapa baris kemudian, dia menambahkan: ‘... dalam kehendak nafsu mereka ini, terlantar tragedi kemanusiaan yang terbesar.’ [184] Dr. Husain kemudiannya menambah:  

Maka terlaksanalah  kejahatan terbesar dalam sejarah – kejahatan mencampakkan Al Masih kepada penyaliban.

            Dr. Husain mengatakan bahwa percobaan untuk membunuh Al Masih adalah kejahatan terbesar dalam sejarah.  Banyak nabi-nabi lain yang juga menderita di tangan orang-orang kafir, tapi ‘Abbas al-‘Aqqad mengkhususkan Al Masih sebagai orang yang ditentang dan ditolak dengan hebat.  Syuhada-syuhada yang lain juga menderita kematian yang mengerikan, tapi orang yang hanya sedikit saja mempunyai pikiran untuk membunuh Isa Al Masih, kejahatannya sungguh melampaui batas.

            Al Masih ditolak oleh orang-orang Quraysh yang memilih untuk menyembah berhala mereka.  Al Masih ditolak oleh kebanyakan orang Yahudi di zamannya; dan dari mereka dia mendapatkan penolakkan terbesar. Al Masih masih saja ditolak hingga hari ini kendatipun segala  penjelasan Allah terhadap siapakah Isa Al Masih sangat benar dengan bukti-bukti yang nyata.


BAB 4: UNTUK DIRENUNGKAN

Seperti yang kita lakukan dalam Bahagian Pertama tentang Al Masih yang akan datang, marilah kita membuat satu gambaran singkat tentang apa yang telah kita pelajari mengenai Isa Al Masih menurut sejarah seperti yang dilihat oleh akhli-akhli kitab Muslim.

1.  Kelahiran Isa dari seorang perawan secara ajaib itu ‘seperti satu mujizat yang belum pernah terjadi dalam penciptaan asli’. [185]

2. Isa tidak mempunyai dosa.

3. Isa  digambarkan  sebagai diberkat i, secara kekal dan tidak bersyarat.

4. Isa adalah manusia dengan banyak mujizat. ‘Di mana semua mujizat itu dilakukannya sendiri’. [186]

5. Isa, menurut Al-Qur’an adalah satu-satunya yang diberi kuasa mencipta dari tanah liat, dengan nafasnya dan dengan izin Allah.

6. Isa,  menurut  Al-Qur’an  adalah  satu-satunya  yang membangkitkan orang mati, dengan izin Allah, dan dia  lakukan semua ini dengan perintahh ucapan.

7. Kedatangan Isa ke dunia telah mengisi nubuat semua nabi.  Dia dipanggil Firman Allah,  karena  dia  dinubuat  dalam  kitab-kitab  para  nabi  sebelum kelahirannya. [187]

8. Isa adalah satu-satunya nabi yang disujud oleh nabi yang lain ketika dia masih dalam rahim ibunya.

9. Tiada  seorangpun  yang  diberi  wahyu  yang  lengkap kecuali Isa. [188]

10. Isa  adalah  satu-satunya  yang diperkuat dengan Roh Suci [189] , dan Roh itu menyertainya sepanjang masa.

11. Sementara  yang  lain diberi  derajat  tertentu   dalam Firdaus   sebagai  ganjaran mereka,  ganjaran Isa lebih besar daripada Firdaus karena ganjarannya ialah Allah sendiri.  Isa adalah satu-satunya manusia yang diangkat  ke sisi Allah.

12. Al-Qur’an  menonjolkan Isa dari  kalangan para  nabi sebagai Pengetahuan Hari Kiamat, untuk menjadi bukti dan harapan akan kebangkitan tubuh, dan sebagai satu imbalan yang adil dari Allah.

13. Isa ialah pilihan Allah untuk mengalahkan musuh-Nya, si Dajjal.

14. Isa ialah satu-satunya yang menurutAl-Qur’an, yang digambarkan sebagai yang unggul dalam kehidupan ini dan yang akan datang.  mujizat-mujizat Isa adalah satu petunjuk keunggulannya dalam kehidupan akan datang.

15. Isa adalah satu-satunya yang mempunyai kesamaan dengan Adam, tapi tidak seperti Adam, Isa kekal dan sempurna.

16. Isa adalah satu-satunya yang disamakan dengan Kitab Allah [190] dan Al-Qur’an. [191]

17. Isa adalah seperti Jibril.

18. Firman-firman Isa begitu berkuasa sehingga bisa memberikan kehidupan kekal, membersihkan dosa dan ‘mendorong ke kehidupan beragama’. [192]

19. Allah menamakan Isa, yang berati ‘Juruselamat’.  Dia hidup memenuhi nama ini, dan masih hidup hingga kini.  Dia adalah juruselamat yang diutus Allah.

20. Salah satu gelar yang diberikan kepada Isa oleh Allah ialah ‘Al Masih’, yang bermaksud ‘raja’. Makhluk hidup mengurapi raja makhluk, tapi Isa yang diurapi oleh Allah yang hidup ialah raja untuk selamanya.

21. Isa adalah benar-benar miskin dengan pilihannya sendiri, agar umat manusia bisa menjadi kaya dalam Allah.

22. Isa adalah teladan tertinggi.

23. Dari semua nabi-nabi, Isa adalah yang paling banyak menerima penentangan.  Ada sedikit saja pikiran dan niat untuk membunuhnya sudah merupakan kejahatan terbesar di dunia.

24. Isa akan datang untuk menghakimi dunia.

Dari kesimpulan di atas, kita bisa mengenal bahwa Isa telah dibedakan oleh Allah. Perbedaannya begitu banyak sekali.

            Akhli-akhli Sufi/Tasawuf telah lama merenungkan kepribadiannya sehingga mereka mencari gelar atau panggilan apa-apa yang tepat bagi seorang Manusia Sempurna.  Mereka menyatakan ketakjuban serta keheranan siapakah dia, dan apa sifat-sifat dasarnya? Renungan tersebut dicerminkan dalam perbincangan di bawah ini:  

Dia adalah totalitas akhir dari kesatuan yang mungkin [193] dan kebenaran-kebenaran Ilahi ... hamba itu patut digelari wakil pemegang kekuasaan dan wali Allah.  Dia sangat berpengaruh atas semua yang mungkin.  Dia mempunyai kehendak yang sempurna dan Dia adalah manifestasi Ilahi yang paling sempurna ... . Para ulama berlaianan pendapat apakah ada kemungkinan dua Manusia Sempurna? Atau hanya seorang saja? Dan jika hanya seorang siapakah dia? Perwujudannya sebagai apa: sebagai manusia, jin atau malaikat? [194]

         Untuk menjawab pertanyaan pertama, memang jelas terdapatnya seorang Manusia Sempurna.  Dia adalah Isa Al Masih.  Tidak seperti manusia yang lain, Isa adalah sempurna dalam segala sesuatu yang mungkin.  Dia memilki semua nilai-nilai murni, dan karena itu, dia tidak dibandingkan dengan apa saja.

            Lagi pula, setengah sifat-sifat tertinggi Isa tidak bisa langsung ditandingi.Mengenai mujizat-mujizatnya ada orang yang mungkin memperdebatkan bahwa mungkin ada orang yang bisa melakukan lebih banyak mujizat besar di satu masa nanti.  Bahkan mujizat kelahiran dari seorang perawan juga bisa berulang.  Bagaimanapun, tugas Isa sebagai Hakim Dunia yang akan mengalahkan si Dajjal, sebagai pertanda akan Hari Kiamat dan sebagai satu keunggulan dalam kehidupan yang akan datang tidak langsung bisa ditandingi.  Dia adalah satu-satunya yang telah dipilih oleh Allah untuk memiliki perbedaan-perbedaan ini.  Ha linilah yang membikin Isa diasingkan dari para nabi yang lain terlebih lagi dari umat manusia lainnya.

            Isa Al Masih adalah Manusia Sempurna lagi Istimewa, satu-satunya Manusia yang Sempurna, karena:  

Tidak ada orang lain yang dilahirkan oleh seorang perawan.

Tidak ada orang lain yang dikatakan sebagai tidak berdosa, suci dan diberkati.

Tidak ada orang lain yang melakukan semua mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Isa.

Tidak ada orang lain yang membangkitkan orang mati dengan ucapan perintah atau mencipta seperti yang dilakukan oleh Isa.

Tidak ada orang lain yang dinubuat oleh nabi-nabi sebelumnya.

Tidak ada orang lain yang dipercayai dan diperkenalkan dengan persujudan seorang Nabi.

Tidak ada orang lain yang diberi wahyu lengkap oleh Allah.

Tidak ada orang lain yang menikmati hadirat Roh Suci secara berkelanjutan.

Tidak ada orang lain yang diangkat ke sisi Allah.

Tidak ada orang lain yang bersekutu dengan Isa penghormatan untuk menjadi Pengetahuan Hari Kiamat.

Tidak ada orang lain yang akan bersekutu berperan dalam mengalahkan si Dajjal.

Tidak ada orang lain yang digambarkan satu keunggulan dalam dunia ini dan dunia yang akan datang.

Tidak ada orang lain yang disamakan dengan Jibril, dan Kitab Allah.

Tidak ada orang lain yang kata-katanya bisa memberi kehidupan kekal dan membersihkan - yaitu mengampuni manusia dari dosa-dosa mereka.

Tidak ada orang lain yang dinamakan ‘Isa’ oleh Allah, yang berarti ‘Juruselamat’.

Tidak ada orang lain yang dipanggil oleh Allah sebagai ‘Al Masih’, yang berarti 'Raja'.

Tidak ada orang lain yang dipanggil oleh Allah sebagai ‘Firman Allah’ dan ‘Roh Allah’.

Tidak ada orang lain yang miskin seperti dia, atau kaya dalam Allah seperti dia.

Tidak ada orang lain yang dipersembahkan sebagai teladan yang tertinggi.

Tidak ada orang lain yang menghadapi penentangan paling sengit seperti Isa.

Tidak ada orang lain yang akan bersekutu dengan peran Isa  sebagai Hakim seluruh dunia.
           

            Siapapun yang merenungkan pribadi Isa, akan tertarik dengan keunikannya.  Bagi golongan Sufi, Isa adalah segel atas kesalehan universil.  Dan penyataan berikut oleh Tirimizi adalah satu totalitas pengakuan terakhir yang terbaik tentang Isa Al Masih yang dibuat dalam Bahagian Kedua buku kami ini.  Tirimizi menulis tentang segel kepada orang-orang saleh:  

Dia ini adalah seorang pelayan. Allah telah mengambil langkah untuk bekerja melaluinya.  Dalam tangan Allah dia bergerak.  Dengan Allah dia berkata, dan mendengar, dan melihat, dan menghukum, dan mengerti. Allah membedakannya di dunia, dan membuatnya pemimpin (imam) atas ciptaannya, pusat perhatian penghuni-penghuni syurga, wewangian bagi semua jiwa, dan harta pribadi Allah, obyek perlindungan Allah, sumber segala rahasia Allah.  

Dia adalah cemeti Allah di bumi-Nya; melaluinya Dia menghukum segala ciptaan-Nya, dan dengan memandang kepadanya Allah membangkitkan dan memberi kehidupan kepada hati-hati yang mati, dan memulihkan umat manusia kepada jalan-Nya, dan melaluinya Allah menghidupkan kembali tuntutan-Nya atas umat manusia ...  


Dia adalah kunci untuk jalan yang benar, dan nur cahaya bagi dunia ini.  Dia adalah wali atas segala orang-orang saleh, dan pemimpin mereka, dan yang berdiri memuliakan Tuhannya, didepan pesuruh Allah! Melaluinya pesuruh yang mengenalnya akan berbangga, Allah akan meninggikan namanya di tempat itu, dan mata pesuruh itu akan bersinar!
 


Allah telah menakluki hatinya sepanjang hidupnya, dan menyelimutinya dengan kebijaksanaan syurgawi-Nya, dan mempersembahkannya dengan wahidah/ keEsaan-Nya, dan melindungi jalannya daripada noda dan bayangan hawa nafsu dirinya.
 


Allah percaya akan dia dengan orang-orang saleh dan membuat dia tahu akan tempat-tempat mereka, dan menyatakan kepadanya kedudukan-kedudukan mereka.  Dia adalah tuan bagi bangsawan mulia, dia adalah tempat bertanya bagi yang bijaksana, obat penyembuhan bagi semua obat-obatan, dan pemimpin atas semua tabib-tabib.  Firman-firmannya menambat semua hati; memandangnya sebagai penyembuh semua jiwa.  Kedatangannya menaklukkan semua keinginan; kedekatannya membersihkan segala kekotoran.
 


Dia adalah suatu musim bunga, di mana nur cahayanya memancar dan bersinar selama-lamanya; suatu musim gugur di mana penuaiannya tak kenal lelah, sebuah gua yang menjadi tempat istirahat dan tempat berlindung, dan satu tambang emas yang kekayaannya amat diharapkan.  Dia adalah suatu pemisah antara kebenaran dan dusta.  Dia adalah yang salih dan pemisah di antara orang suci, para akhli dan ketua.  Dia adalah satu-satunya kepunyaan Allah di dunia-Nya! [195]
 

         Mungkin ada yang akan memperdebatkan bahwa ini telah ditulis untuk menggambarkan segel kesalehan pengikut-pengikut Muhammadan Ibni ‘Arabi.  Tetapi, sebaliknya, Ibn ‘Arabi sendiri menganggap Isa Al Masih sebagai tuannya! Dalam sebuah buku lainnya karya Ibn ‘Arabi yang berjudul al-Fotuhat al-Makkiah, [196] kita membaca:  

Ada dua segel – yang satu yang Allah segelkan sebagai kesalehan universil dan satu lagi yang Allah segelkan sebagai kesalehan Muhammadan.  Segel kesalehan adalah Isa dalam pengertian yang mutlak.  Dialah orang suci yang kenabiannya mutlak di masa kini bagi bangsa ini... . Dia akan datang di akhir zaman sebagai yang berhak atas warisan segel itu dan tidak ada orang suci selepasnya... . Dia adalah Isa yang datang dari kalangan kita sebagai tuan kita! [197]  

        Dengan pengakuan Ibn ‘Arabi, Isa ialah tuan bagi segel kesalehan Muhammadan.  Ibn ‘Arabi, sebagai segel bagi Kesalehan Muhammadan memberikan pertobatannya kepada Isa Firman Allah itu.  Coba semak apa yang dikatakannya:  

Aku sering bertemu dengannya [yakni, Ibn ‘Arabi bertemu dengan Isa]; Dia lah yang menyuruh dan membantuku untuk bertobat [secara harfiah: ‘kedalam tangan-Mu aku bertobat'].  Dia meminta  Allah memberkati kebulatan hatiku supaya aku  teguh dalam iman dalam hidup ini dan di kehidupan mendatang; dan dia memanggilku sebagai kekasih, dan memerintahku untuk menyangkal dunia dan menjadi seorang petapa. [198]  

            Dari pengungkapan Tirimizi atas Ibn ‘Arabi, apa yang dia akan bicarakan tentang tuannya itu? 

            Mengapa Isa diasingkan dari seluruh orde yang tercipta?  Mengapa sifat-sifat yang berbeda dan tinggi ini hanya didapati pada diri Isa?  Jawabannya adalah karena pada kenyataannya sifat-sifat yang demikian bukan datang dari manusia, bukan pula suatu kebetulan; karena sesungguhnya sifat-sifat tersebut adalah penegasan ilahi kepada penonjolan Isa Al Masih.

            Kajilah hal yang pertama; bahwasanya Isa dilahirkan oleh seorang perawan.  Kelahirannya bukan suatu kebetulan tetapi suatu pekerjaan Ilahi secara sengaja diwujudkan Andaikan seorang pembaca mengamati satu gedung percetakan buku dalam proses pengiriman hasil cetakannya buku-buku ke pelbagai lokasi yang berlainan dikirim buku yang berlainan kualitas kertasnya, tetapi misalnya ada yang terbungkus dengan sutera asli yang putih, maka pasti pembaca itu jelas yakin bahwa si pengirim buku yang berharga dan unik itu membuatnya demikian secara sengaja. Sama halnya dengan Al-Qur’an yang menyatakan  tentang perawan Maryam: ‘Hai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikan dan melebihkanmu dikalangan wanita-wanita lainnya di dunia’ [199] Dari permulaan sekali Allah telah memilihnya lebih dari manusia lainnya dengan pekerjaan ilahi dengan suatu maksud (sengaja).

            Atau pertimbangkan pengangkatan Isa ke sisi Allah.  Ini sekali lagi bukanlah keputusan satu proses evolusioner tetapi suatu contoh lain dari pekerjaan Ilahi yang sengaja dibuat.

            Kebanyakan rumah ada yang memiliki berbagai jenis buku.  Andaikan ada seorang pemerhati bahwa buku-buku tersebut setelah dibaca bertahun-tahun kemudian disimpan di garaj, tetapi ada yang disimpan di tempat yang terhormat selamanya, ia jelas yakin bahwa buku itu lebih berharga dari buku lainnya.  Para petani dan para nabi datang ke dunia ini dan kemudian kembali ke tanah.  Tetapi Isa diangkat untuk tinggal bersama Allah.

            Jadi kita bisa lihat dari awal sampai akhir Allah telah sengaja membedakan Isa dari yang lain.

            Meskipun kita mencoba mengabaikan kesemua sifat-sifat unik Isa Al Masih yang lain; dan kita tau dia hidup dalam satu kehidupan yang sempurna dan tidak berdosa, itu sudah cukup membedakan dia jauh lebih tinggi dari semua umat manusia.  Tolok ukur yang digunakan oleh  Al-Qur’an bagi harkat seseorang adalah sederhana dan jelas:  

Sesungguhnya yang paling terhormat di antara kamu dalam mata Allah ialah mereka yang paling mulia di antara kamu. [200]  

            Isa Al Masih adalah yang paling mulia di antara manusia.  Tanpa harus diperdebatkan lagi, Isa Al Masih ialah yang paling terhormat di antara manusia.  Pengangkatannya ke sisi Allah adalah satu bukti tentang kemuliaannya!

_____________________________________________________________________________________

[109]   Al-Qur’an, 3:59.

[110] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[111] Irshad as-Sary le-Sharh Sahih al-Bukhari, Jilid 9, hal 357. (Juga lihat Sahih al-Bukhari, Bahagian 8, Bab Tahaag Adam Wa Musa.)

[112] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 4:170.

[113] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 5:113.

[114] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[115] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an 3:39.

[116] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 4:171.

[117] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an 4:171.

[118] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 4:171.

[119] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[120] Al-Qur’an, 42:52.

[121] Al-Qur’an, 17:85.

[122] Al-Qur’an, 28:86.

[123] Al-Qur’an, 4:171.

[124] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 19:34.

[125] Al-Qur’an, 9:40.

[126] Al-Qur’an, 4:157, 158.

[127] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[128] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 2:87.

[129] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 5:113.

[130] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 16:2 “Dia menurunkan malaikat dengan Roh perintah-Nya”

[131]   Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 2:87.

[132]    Qasemi, mengulas ayat Al-Qur’an, 2:87.

[133]    Al-Qur’an, 2:87.

[134]   Razi, mengulas ayat Al-Qur’an, 2:87.

[135]    Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 2:87.

[136]    Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 5:113.

[137]    Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 2:87.

[138] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 5:113.

[139] Al-Qur’an, 9:72 ‘Allah telah menjanjikan orang-orang mukmin baik pria ataupun wanita, akan mendapat syurga yang banyak mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di sana, tempat kediaman yang indh ...’

[140] Razi, at-Tafsir al-Kabir,ulasan ayat Al-Qur’an 3:52.

[141] Al-Qur’an, 3:45.

[142] Qasemi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[143] Al-Qur’an, 6:115.

[144] Al-Qur’an, 33:5.

[145] Suyuti, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:48.

[146] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 4:170.

[147]   Al-Qur’an, 3:45 dan 4:171.

[148]   Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[149] Qurtuby, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[150] Ibid.

[151] Ibid.

[152] Ibid.

[153] Ibid.

[154] Ibid.

[155] Ibid.

[156] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[157] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[158] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[159] Qasemi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[160] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[161] Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 3:45.

[162]   Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 19:19.

[163] Suyuti, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:36.

[164]   Ibid., mengulas ayat Al-Qur’an, 3:48.

[165] Ibid.

[166] Ibid.

[167] Ibid.

[168] Ibid.

[169] Al-Qur’an, 7:188.

[170] Suyuti,  mengulas ayat Al-Qur’an, 3:48.

[171] Ibid.

[172] Ibid.

[173] Al-Qur’an, 13:22.

[174]   Razi, mengulas ayat Al-Qur’an, 13:22.

[175] Al-Qur’an, 43:57,58.

[176] Ibn-Kathir, mengulas ayat Al-Qur’an, 43:57.

[177] Suyuti, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:49.

[178] Ibid.

[179] ‘Abd at-Tafahum’, The Muslim World, Jilid XIVI, no.2, April 1956, hal. 132-133.

[180] Suyuti, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:48

[181] Othman I. Yahya (ed.), Al-Tirimizi, Kitab Khatm Al-Awliya, Imperial Catholique, Beirut, 1965, hal. 62.

[182] ‘Abd Al-Tafahum, The Muslim World, Jilid XLVI, No.2, April 1956,  hal.  133.

[183] Mohammad Kamel Husain, Qaryah Zalimah, Cairo, 1954, hal. 1-3.

[184] Ibid.

[185] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[186] Ibid.,  mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[187] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[188] Al-Qur’an, 3:48.

[189] Al-Qur’an, 2:87

[190] Baidawi, mengulas ayat Al-Qur’an, 3:39.

[191] Razi, at-Tafsir al-Kabir, mengulas ayat Al-Qur’an, 4:171.

[192] Baidawi,  mengulas ayat Al-Qur’an, 5:113.

[193] Kata yang digunakan di sini ialah al-Mumkinat: jamak dari Mumkin – yang berarti semua kemungkinan.  Logikanya “yang dibedakan” muncul dari Mumkin (kemungkinan), Wajib (perlu) dan Ja’iz (kesatuan).  Sedangkan secara metafisika yang utama dan banyak kemungkinannya adalah yang perlu karena pada dasarnya setiap kemungkinan memiliki kenyataan yang cocok dengan sifat alaminya.  Diartikan oleh Burchardt, Titus, An Introduction To Sufi Doctrine, Thorsons Publisher Limited, Wellingborough Northamptonshire, 1976, hal. 121, 122.

[194] At-Tirimizi, Kitab Khatm al-Awiliya, Suntingan Othman I. Yahya, Imperial Catolique, Beirut, 1965, hal. 274.

[195] At-Tirimizi, Kitab Khatm al-Awliya, (Othman I.Yahya, penyunting), Imperial Catholique, Beirut, 1965, hal. 457-458.  (Dipetik oleh Nawader al-Osul, hal. 157-158).

[196]   Ibid., hal. 161 (dipetik dari Fotuhat Makkiah, 2:49)

[197] Ibid., hal. 161.

[198] Ibid., hal.162.

[199] Al-Qur’an, 3:42.

[200] Al-Qur’an, 49:13 (Terhjemahan oleh A. Yusuf Ali).


Indeks Utama