Membahas

 

KEWAFATAN

 

Dan

 

KEBANGKITAN

 

SAYIDINA ISA AL-MASIH

 

 

O l e h  :

Hamran Ambrie

 

  

KEWAFATAN (KEMATIAN) DAN KEBANGKITAN SAYIDINA ISA AL-MASIH

  

            Kewafatan Sayidina Isa di kayu salib, dan pada hari ketiga Dia telah bangkit dari antara orang mati secara real, lagi benar kebangkitan jasmaniah Beliau, dapat dilihat dan diraba             seluruh Tubuhnya, serta bukti bekas luka pada tangan dan kakiNya. (Lukas 24: 36-40)

            Selama 40 hari dalam masa kebangkitanNya, hingga sampai pada kenaikanNya selalu menyertai murid-muridNya dalam pekerjaannya memberitakan keselamatan.

            Seandainya Sayidina Isa Al-Masih tidak bangkit (Hidup kembali) diantara orang mati, maka saksi-saksi Kristen itu hanya merupakan saksi-saksi palsu dan omong kosong. Begitupun             iman Kristen, itu, hanyalah akan merupakan iman dogengan, iman yang sama sekali tidak mempunyai sesuatu harapan. Gereja-gereja Al-Masih pun tidak akan dapat berdiri tegak sebagaimana adanya saat ini.

            Sebab itulah juga Injil Salib dan kebangkitan ini, merupakan inti sari kesaksian Gereja, dan merupakan puncak Iman Kristen. Sebaliknya merupakan “duri dalam daging” bagi              golongan Islam yang seharusnya tidak perlu ada perasaan demikian. Dan karenanya selalu diusahakan mengadakan sanggahan-sanggahan, dengan mengajukan sangkalan-sangkalan dengan segala cara, agar kejadian yang ajaib ini, tidak tersebar luas, tidak dipercayai. Injil yang memberitakan Salib dan Kebangkitan ini dibantah, ditolak, agar tidak kembang, dan matilah seluruhnya.

            Karena itulah, pada kesempatan ini mari kita bahas bersama kenapa Injil Salib dan Kebangkitan ini menjadi puncak iman Kristen.

 Kenapa Sayidina Isa mati di kayu Salib secara sangat hina itu?

Kewafatan Sayidina Isa dikayu salib, memang merupakan suatu perbuatan kejahatan yang besar, dari orang-orang berdosa.  Sebab itu, orang yang melakukan penyaliban itu ataupun penyebabnya, adalah merupakan suatu dosa kejahatan yang besar. (Yohanes 19:11).

            Sayidina Isa Al-Masih di lahirkan, bukanlah untuk disalib, sebagaimana sering diungkapkan oleh saudara-saudara kita dari golongan Islam, melainkan adalah untuk menyelamatkan umat manusia, menyelamatkan dunia. (Yohanes 3: 17). Penyaliban terjadi, adalah merupakan akibat atau korban aktivitas Da wah Penyelamatan kepada umat manusia waktu itu, agar mau mendengar Firman Allah, yaitu Injil Keselamatan.

            Peristiwa Salib dan Sengsara Sayidina Isa, memang sudah demikian rencana Allah, bukan kehendak pribadi Sayidina Isa sebagai manusiawi. Hal sengsara Sayidina Isa ini telah dinubuatkan dalam Kitab Nabi Yesaya    53: 1-12. Dan Sayidina Isa sendiripun telah menginsyafi bahwa nubuatan itu akan tergenapi diatasNya sebagai seorang Hamba Allah yang dimaksudkan oleh nubuatan itu. Begitupun akan hal kebangkitanNya (Hidup kembali) sesudah kematianNya itu, telah dinubuatkan oleh Raja Daud 1000 tahun sebelum Masehi, (Mazmur 16: 10). Nubuat ini telah digenapi (Matius 28: 5-6).

            Mengenai peristiwa sengsara ini, Rasul Petrus di ilhamkan untuk mengatakannya demikian:

“Sebab adalah kasih karunia, jika seseorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu haurs menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristupun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu supaya kamu mengikuti jejakNya.

 

Baginda tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuhNya di kayu Salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.” (I Petrus 2: 19-24).

            Disaat Sayidina Isa telah ditangkap oleh orang-orang Imam Besar Yahudi, karena pengkhianatan Yudas, seorang dari yang menyertai Sayidina Isa, bersilap untuk mengadakan perlawanan. Terhadap sikap ini, Sayidina Isa berkata: 

“Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?”

 

Pada saat itu Sayidina Isa berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.” (Matius 26: 52-55).

 

 Pada kedua macam nas diatas dapatlah kita menyimpulkan bahwa:

  1. Kesengsaraan Sayidina Isa di Salibkan itu, bukan disebabkan kesalah atau dosa-Nya, melainkan adalah karena Ia orang benar untuk menyelamatkan kita, saya dan saudara-saudara sekalian dari dosa kematian rohani yang dibawa oleh Adam
  2. Penyaliban Sayidina Isa, adalah merupakan perbuatan kejahatan besar yang dilakukan oleh orang-orang berdosa. Kepada orang yang melakukan atau menyuruh lakukan”Salib” atas Sayidina Isa itu, adalah merupakan suatu dosa dan kejahatan yang besar pula.
  3. Sayidina Isa tidak melakukan perlawanan, karena Dia telah mengetahhui bahwa memang demikianlah sudah dinubuatkan oleh para nabi-nabi terdahulu, dengan demikian sesuatunya telah digenapi Sayidina Isa dengan penyerahan yang penuh kepada Dia (Allah) yang menghakimi dengan adil.

 Memang sepintas lalu kita merasa berfikir secara manusiawi tidak mungkin terjadi demikian, diatas seorang Hamba Allah yang kekasih.Demikianlah kira-kira gagasan dari orang-orang Islam, merasa tidaklah pantas bahkan tidaklah mungkin kalau Isa Almasih yang dalam kedudukkanya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah itu akan mengalami nasib kematiannya dikayu salib yang hina itu, yang disamakan hinanya dengan penyamun-penyamun besar.

      Memang pemikiran secara manusiawi ini, tidaklah terjadi pada sekarang ini saja, bahkan disaat Sayidina Isa di-salib-kan telah ada ejekan seperti apa yang tertulis dalam Injil Matius 27: 3944 berbunyi demikian:

     “Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata:”Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangukannya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!” Demikian juga imam-imam Kepala bersama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata:”Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya. Ia menaruh harapanNya pada Allah: bailah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.” Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencelaNya demikian juga.”

Matius 27:39-44

 

Sangkalan golongan Islam terhadap peristiwa salib.

 

Sebagai seorang Kristen pengikut Al-Masih, sebenarnya tidakalah perlu untuk mendengar atau memeriksa sesuatu pihak luar terhadap Salib ini. Tetapi, agar kebenaran itu dapat dinyatakan, tidaklah pula layak sesuatunya itu tidak dilayani secara pantas. Kita berkewajiban memberi jawab, secara baik, lemah lembut yang dapat diterima oleh setiap orang yang mau berfikir secara wajar dan jujur, demi kebenaran.

Sebab itu, kalau dalam kesempatan ini, penulis membicarakan sangkalan pihak saudara-saudara kita yang ber-agama Islam, tidaklah sama sekali bermaksud memperkosa keyakinan mereka, melainkan untuk bersaksi secara wajar saja.

 Baiklah. 

      Dalam salah satu Al-Quran yang menolak tentang peristiwa Salib atas Sayidina Isa ini terdapat dalam s.An Nisak 4:157, 158, yang terjemahannya demikian:

 

“Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih. “Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangka belaka, mereka tidak yakin bahwa Allah telah mengangkat “Isa” tetapi (yang sebenarnya Allah telah mengangkat “Isa kepadanya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

     

      Dalam ayat Quran ini, ada dua hal yang tidak perlu kita bahas lagi yaitu:

 

1.  Memang telah terjadi penyaliban.

Siapa yang disalibkan masih menimbulkan keragu-raguan. Segolongan masyarakat Islam mengatakan, bahwa yang disalibkan itu adalah bukan Sayidina Isa melainkan orang lain yang bernama Yahuza atau dengan kata lain dikatakan juga Yudas. Tetapi keterangan hal ini tidak pernah ada disebutkan dalam Al-Quran yang ada hanyalah penafsiran diluar otorita Al-Quran itu sendiri.

 

2.   Orang yang disalib itu, memang telah mati terbunuh.

 

Hanya mereka ragu, tentang siapa yang dibunuh itu. Mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa (Sayidina Isa).

 

Sekarang kita harus mencari keterangan yang menyakinkan siapa sebenarnya yang di salib dan mati itu. Untuk mendapat keterangan ini, kita haruslah memeriksa Alkitab, sambil membandingkan dengan keterangan-keterangan pihak lain, baik yang bersifat menyangkal, maupun yang memperkuat pembuktian ini. Satu hal yang harus dicatat, bahwa Iman Kristen, tidaklah ber-orintasi kepada keterangan Al-Quran tetapi ber-orentasi hanya kepada Alkitab saja. Kalau keterangan luar kita kemukakan disini, adalah semata-mata untuk membandingkan, apakah keterangan diluar Alkitab itu cukup beralasan ataukah tidak. Mari kita mulai memeriksa.

 

1.       Bukti pertama

 

Cerita mengenai kematian Sayidina Isa, terdapat didalam ke-empat Injil (Matius 27: 35-38, Markus 15: 25-28, Lukas 23: 33-38, Yohanes 19: 18-24). Kesaksian dari ke-empat penulis Injil ini, adalah merupakan bukti sejarah yang nyata tentang kematian Sayidina Isa dikayu  Salib itu.

Disamping dari ke-empat penulis Injil ini, masih terdapat banyak orang-orang lain yang menyaksikan peristiwa itu terjadi dengan mata kepala mereka sendiri. Kesaksian dengan mata kepala sendiri itu, adalah kesaksian yang sah dan dapat diterima, daripada kesaksian karangan yang bersifat dugaan-dugaan saja sesudah 6 abad kemudian, seperti apa yang tertulis dalam Al-Quran tersebut.

2.        Bukti kedua

             Dalam ayat Al-Quran itu sendiri dikatakan: ”Sesungguhnya kami (orang-orang Yahudi) telah membunuh Al Masih, Isa Putra Maryam.”

Kalimat ini berisikan pemberitaan yang sungguh-sungguh, tidak diragukan, bahwa yang mereka salibkan (dibunuh mati) adalah Sayidina Isa, bkan orang lain. Hal ini sesuai dengan keterangan Matius 27: 16, 17 yang waktu itu orang-orang Yahudi ditawari memilih: Sayidina Isa di Salib ataukah Barabas penjahat di penjara itu di bebaskan. Orang-orang Yahudi, memilih Sayidina Isa di Salib.

3.      Bukti ke-tiga.

 

Setelah Sayidina Isa telah dinyatakan mati (kesaksian kepala pasukan) maka Yusuf Arimatea datang kepada Pontius Pilatus untuk meminta mayat tersebut untuk dikuburkan. Permintaan itu dikabulkan (Markus 15:42-46).

Seandainya yang diturunkan dari salib itu bukan Sayidina Isa, pastilah Yusuf Arimatea menolaknya atau memberikan keterangan ketidak-benaran itu.

4.      Bukti ke-empat.

 Orang-orang Yahudi meminta kepada Pontius Pilatus, agar kuburan dimana Sayidina Isa dikuburkan supaya dijaga. Permintaan ini dikabulkan. (Mat. 27:62-66).

Se-andai-nya yang dikuburkan itu adalah orang lain, bukan Sayidina Isa, tidaklah mungkin orang-orang Yahudi menjagai kuburan tersebut karena Sayidina Isa pernah mengatakan bahwa pada hari ke-tiga Ia akan bangkit (hidup) kembali.

 

5.      Bukti ke-lima.

 

Seandainya yang disalibkan itu bukanlah Sayidina Isa sendiri, tidaklah mungkin ia dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh “kasih” sebagai aslinya tabiat Sayidina Isa yaitu: ”Bapa, ampunilah mereka sebab tidak diketahuinya apa yang diperbuatnya.”, dan kalimat ”Sudah Genap” (Tetelestai). Ini bukti yang membuktikan bahwa yang di Salib dan Mati itu, tidaklah lain daripada Sayidina Isa Al-Masih itu sendiri.

 

6.      Bukti ke-enam.

 Seandainya yang disalibkan dan mati itu bukan Sayidina Isa, tidaklah mungkin murid-murid Sayidina Isa berani berkhotbah di tengah-tengah bangsa Yahudi, sebagai kesaksian, bahwa yang disalib dan mati di kayu salib itu adalah Sayidina Isa dan telah bangkit (Hidup Kembali), dengan resiko yang sangat besar, yaitu akan dihukum mati oleh penguasa-penguasa Yahudi.

Dalam khotbah-nya Petrus mengatakan:

 “Hai, orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Sayidina Isa dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia ditengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak yakin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.”

Ini adalah khotbah Petrus disertai oleh sepuluh rasul lainnya di Yerusalem, pusatnya penguasa imam-imam Yahudi.

Dalam khotbatnya di Serambi Salomo, sekali lagi Petrus menegaskan:

“ Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalahan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan HambaNya, yaitu Sayidina Isa yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolah Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, dan tentang hal itu kami adalah saksi.”

Kisah Rasul-rasul 3: 12-15.

 7.   Bukti ke-tujuh

            Dalam buku “Kepercayaan Orang-orang Kristen” yang ditulis oleh Pendeta M.H. Finlay, beliau telah mengutip daripada tokoh-tokoh sezaman dengan Sayidina Isa dan juga dengan para pengikut-pengikut Isa (as), seperti berikut :

TACITUS        - seorang ahli sejarah bangsa Rum, dilahirkan tahun 56 TM, telah menyebutkan tentang penyaliban Sayidina Isa Al-Masih itu secara nyata.

LUCIAN         - seorang penulis bangsa Yunani, dilahirkan tahun 100 TM, mengakui penyaliban Sayidina Isa Al-Masih itu sebagai suatu kenyataan yang       bersejarah.

CELSUS         - seorang pengikut filsafat Epikuri, telah merujuk kepada “Sayidina Isa Yang Tersalib.”

             Orang-orang Kristen tidak menuntut kesaksian orang-orang yang tidak beragama ini, tetapi kami menyebutnya sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa para ahli sejarah pada zaman itu tidak pernah membantah kebenaran dan keabsahan peristiwa Penyaliban Sayidina Isa (as) itu. (halaman 33)

 

8.   Bukti ke-delapan

             Quran s.Al Imran 3:55 mengatakan:

            “(Ingatlah) ketika Allah berfirman: “ Hai “Isa” sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu, diatas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.

             Dalam ayat ini jelaslah bahwa Quran sendiri telah bersaksi bahwa Isa Almasih (Sayidina Isa Al-Masih) mengalami kematian  wafat – meskipun tidak diakui di kayu salib, dan kemudian dibangkitkan (Hidup kembali) (- wara fi uka).

 Quran s.Maryam 19:33 mengatakan:

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku  meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

 Dalam ayat ini merupakan kesaksian yang keluar dari mulut Isa Almasih (Sayidina Isa Al-Masih) itu sendiri, yang mengisyaratkan bahwa kematiannya telah dekat, serta pemberitaan akan kebangkitannya  (Hidup kembali). Dengan kata “Ub asyu Hayya” jelas sekali menunjukkan “hidup kembali dari kematian”, berbeda dengan makna kebangkitan pada hari kiamat. Hidup kembali tidak akan ada, kalau tidak ada terlebih dahulu “kematian yang real.”

Dari adanya banyak bukti-bukti yang meyakinkan ini, maka tanpa ragu kita dapat memastikan bahwa “orang yang disalibkan dan mati itu adalah Sayidina Isa”, bukan orang lain, bukan Yudas atau Yahuza. Sedang Yudas, tidaklah mati disalib, sebaliknya dia telah mati karena bunuh diri. (Kisah Rasul-rasul 1: 18)

Sebab itu keterangan Quran s.an Nisaa 4:157, 158, sama sekali tidak ada kekuatan untuk diterima kebenarannya.

Sangkalan Ahmadiyah, salah satu sekte-bidat-dalam agama Islam.

Dari golongan Ahmadiyah ini lain pula teori penyangkalannya.

Kalau dari golongan Islam pada umumnya dengan berdasarkan Al-Quran menyangkal bahwa yang mati di Salib itu adalah Sayidina Isa, melainkan orang lain, yaitu Yahuza. Sedang golongan Ahmadiyah, membenarkan dengan yakin bahwa yang disalib itu memang Sayidina Isa, tetapi ia tidak mati, melainkan hanya pingsan saja.

 Baiklah kita pelajari saja teori penyangkalannya ini, agar kita dapat bahas seperlunya. Sebagaimana sudah diterangkan terdahulu, bahwa pembahasan ini bukan berarti bahwa kita sudah kurang yakin akan kebenaran Alkitab. Bukan demikian. Malah kita ingin membuktikan kepada mereka, bahwa teori mereka inipun tidak dapat dipertahankan kebenarannya.

Alasan sangkalan mereka (Ahmadiyah) terkutip dalam Risalahnya “At Tajdidfil Islam” jilid ke-III oleh S. Ali Yasir, sebagai berikut:

1.    Alasan pertama :

“Nabi Isa a.s. dipentang hanya beberapa jam saja (Markus 15:25, Yohanes 19: 14), padahal mati disalib itu makan waktu yang lama sekali.”

Dalam alasan mereka yang pertama ini, jelas sekali tidak ada sesuatu argumentasi yang dapat meyakinkan. Sangkalan mereka hanya didasarkan “duga-dugaan” saja. Tentang lamanya kematian seseorang dalam kesengsaraan salib, sifatnya adalah relatif. Kematian Sayidina Isa di kayu salib dibuktikan atas kesaksian seorang kepala laskar (Markus 25: 44-45). Sebab itu alas an penyangkalan golongan Ahmadiyah ini sama sekali tidak mempunyai nilai kebenaran.

2.      Alasan ke-dua:

            “Ketika rusuk Nabi Isa a.s., ditusuk oleh seorang laskar Rumawi dengan tombak mengalirkan darah dan air (Yohanes 19: 34), darah dan air suatu bukti bahwa Nabi Isa a.s. belum mati.”

Untuk menjawab alasan penyangkalan mereka ini, baiklah kita dengarkan saja keterangan seorang ahli, yaitu dokter – tokoh yang termasyur karena menemukan penggunaan chloroform sebagai obat bius. Dokter itu, adalah Sir James Simpson dari Edinburgh, telah menulis suatu keterangan dimana ia menunjukkan bahwa dipandang sudut ilmiah, Sayidina Isa mati oleh karena apa yang dinamakan oleh para ahli kedokteran: “Desakan Darah Pada Jantung.” Bisa seseorang  meninggal dunia dalam keadaan seperti ini, lengannya direntangkan selebar-lebarnya serta keluarlah suatu teriakan dan dinding jantungnya pecah sehinggah darah mengalir kedalam kantung jantung (kantung yang membungkus jantung) dan menghalangi jantung untuk menguncup. Darah yang tinggal didalam kantung itu kemudian akan memisah menjadi serum (air darah) dan endapan (butir-butir darah merah) (Pdt. M.H. Finlay, Kepercayaan Orang Kristen, halaman 35).

            Ini adalah keterangan dari segi Ilmu Pengetahuan Kedokteran yang sama sekali bebas dari pengaruh Agama.

Rasul Yohanes, bukanlah seorang ahli ilmu pengetahun kedokteran. Ia hanya menulis secara teliti apa yang ia telah lihat pada saat peristiwa penyaliban Yeusu itu, mungkin tanpa ia sadarai bahwa apa yang ia tulis itu telah menjadi bahan penelitian pada 20 abad kemudian, dan menjadi bukti “kebenaran” pula Yohanes mengatakan:” mengalir keluar darah dan air,” Dia tidak mengatakan “darah” yang mengalir dari pembuluh-pembuluh darah sebagaimana layaknya orang masih hidup, melainkan “darah” dan air dari lambungNya” (kantung yang membungkus jantung). Sungguh, sangkalan mereka, malah meyakinkan akan kebenaran Akitab. 

3.  Alasan ke-tiga

 “Nabi Isa a.s. tak dikubur seperti dua penjahat, melainkan dirawat oleh salah seorang muridnya yang setia, yang merawat dengan baik dan menguburkan beliau didalam kuburan batu yang luas, dan kubur itu hanya ditutup dengan batu (Markus 15:46), tiga hari kemudian tempat batu penutup itu sudah terbongkar (Markus 16:4). Hal ini tak akan terjadi jika  Nabi Isa bangkit secara gaib.”

 Alasan penyangkalan yang ketiga lebih tepat dikatakan “sangkaan”, dan bukan alasan.

Tidak ada sesuatu argumentasi yang menyakinkan kebenaran sangkalan atau sangkaan mereka. Untuk mencari kebenaran, tidak ada alasan untuk mengemukakan “sangkaan atau duga-dugaan “, tetapi yang dibutuhkan adalah argumentasi, pembuktian yang meyakinkan setiap orang. Alasan yang ke-tiga ini, tidak ada nilai kebenarannya sebagai sangkalan yang meyakinkan.

4.   Alasan ke-empat

            “Tatkala Maryam Magdalena pada hari yang ketiga melihat Nabi Isa a.s. disangkanya seorang juru-taman (Yohanes 20: 15), hal ini menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s. menyamar sebagai juru taman.”

            Ayat yang dikemukakan Ahmadiyah ini, bukanlah “alasan sangkalan bahwa Sayidina Isa itu hanya pingsan tidak mati.” Ayat tersebut, memang menunjukkan Sayidina Isa sudah hidup kembali dari kematiannya. Inilah penampakan Sayidina Isa yang pertama kami dari Kebangkitan yang sudah dikatakan terlebih dahulu sebelum masa sengsaranya dikayu Salib.

            Jadi jelaslah pula, bahwa ayat ini tidak menjadi bukti sebagai alasan penyangkalan kematian Sayidina Isa, melainkan menjadi bukti dari kebangkitanNya diantara orang mati.

5.   Alasan ke-lima
 

“Murid-murid Nabi Isa a.s. melihat beliau dengan badan jasmani yang sama dan luka-luka beliau masih ada, sehingga Thomas dapat mencocokkan tanggannya kedalamnya.  -   - Lukas 24: 39, 40; Yohanes 20: 27.

            Samalah juga halnya dengan alasan yang ke-empat, ayat inipun, bukanlah “alasan sangkalan bahwa Sayidina Isa itu hanya pingsan tidak mati.” Ayat tersebut adalah menunjukkan bahwa Sayidina Isa telah bangkit hidup kembali dari kematiannya. Jadi jelaslah pula, bahwa alasan kelima inipun sememangnya tidak kena mengena pada sasaran yang mereka maksudkan.

 6.   Alasan ke-enam

          “Beliau masih merasa haus dan lapar dan makan".  - Lukas 24: 39-43; Yohanes 21: 5-13.

           Alasan ke-enam inipun tidak kena mengena untuk mendukung alasan mereka, bahwa “Sayidina Isa hanya pingsan, tidak mati.” Ayat yang di kemukakan diatas ini, adalah ayat kebangkitan Sayidina Isa dari kematiannya. Alasan ke-enam ini jelas tertolak. 

7.   Alasan ke-tujuh

“Nabi Isa pergi ke Galilea dengan dua orang muridnya, sambil berjalan berdampingan (Matius 28:10). Hal ini menunjukkan bahwa beliau mengungsi untuk mencari keselamatan.”

            Nas yang dikemukakan inipun, adalah nats Kebangkitan Sayidina Isa sesudah kematiannya. Sama sekali tidak kena-mengena dengan penyangkalan atas kematiannya dikayu salib. 

8.   Alasan ke-delapan.

 “Sebelum ditangkap ditaman Getsemani beliau berdoa sepanjang malam, supaya diselamatkan dari mati terkutuk pada kayu salib dan minta kepada murid-muridnya supaya berdoa baginya (Markus 14:36, Matius 26: 39). Doa itu dikabulkan, sehingga perkara itu lebih terang lagi (Ibrani 5:7). Sebab doa orang dalam kesengsaraan itu dikabulkan, lebih-lebih doa hambaNya yang suci.” 

            Sayidina Isa berdoa, agar kehendak Allah itu jadi, bukan kehendaknya sebagai manusiawi. Dalam Ibrani 5:7, maut yang dimaksudkan adalah “kematian rohani.” Dikayu salib, Sayidina Isa membuktikan, bahwa Dia telah mengalahkan “maut” ini, Dia tetap berserah menurut kehendak Allah, Bapa. Kehendak Allah itu, telah dinubuatkan oleh para Nabi-nabi Allah yang terdahulu, bahwa Al-Masih itu akan merasai sengsara. Bahkan penyaliban itupun telah dinubuatkan oleh Nabi Daud, 1,000 tahun sebelumnya (Mazmur 22: 17). Kematian dan penguburannya, dinubuatkan juga oleh Nabi Yesaya 700 tahun sebelum Masehi (Yesaya 53:9).

Dengan penyerahan yang sempurna itulah, Sayidina Isa berkata di atas kayu salib “Sudah Genap”.  Apa yang telah digariskan untuk dijalaniNya sebagai Hamba Allah yang terpilih, sudah digenapi. 

            Jadi alasan ke-delapan dari Ahmadiyah inipun, bukanlah menunjukkan bukti bahwa Sayidina Isa tidak mati di Salib, hanya pingsan – tidak kena sasarannya. Malah menunjukkan sebaliknya, bahwa ter-Salib Sayidina Isa dan mati, ialah merupakan penggenapan nubuat para nabi-nabi terdahulu. Sudah Genap. Tetelestai.

9.   Alasan ke-sembilan

“Beliau sendiri telah meramalkan bahwa Anak manusia (Nabi Isa) akan ada didalam hati bumi tiga hari tiga malam lamanya (Matius 12: 38-40). Kalau beliau telah wafat diatas tiang salib, ramalan beliau pasti tak akan terjadi.”

             Memang, jika yang mati itu adalah Mirza Ghulam Ahmad, pasti ramalan demikian tidak terjadi. Tetapi Sayidina Isa bukan seperti Mirza Ghulam Ahmad, dan kematiannya tidak takluk dibawah hukum manusiawi, mati tidak berbangkit lagi. Sayidina Isa sebagai manusia Ilahiyat Dia mati bukan mati, tetapi mati untuk Hidup kembali.

10.   Alasan ke-sepuluh.

            Ke-inginan yang keras dari golongan Ahmadiyah ini untuk menyangkal kematian Sayidina Isa dikayu salib itu, merasa perlu mengemukakan beberapa pendapat yang dikatakannya para ahli, sebagai berkut:

            Dr. J.G. Bourne seorang ahli didalam mengenakan obat-obat lali (anaesthetist) The Sunday Times, 24 Januari 1965 (London) menulis tentang penyaliban dan bangkitnya Nabi Isa sebagai berikut:

“Biasanya pembicaraan tentang kebangkitan itu berpangkal pada bukti-bukti dari sejarah (yang pada umumnya sekarang telah diakui kebenarannya) yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa tentang Sayidina Isa meragukan wafatnya yang benar-benar itu boleh jadi dianggap bertentangan dengan faham resmi akan tetapi ada alasannya maka orang beranggapan bahwa Sayidina Isa sesungguhnya pingsan pada kayu salib itu, dikira sudah wafat dan sadar kembali dari pingsannya setelah beberapa lama dalam keadaan pingsan.:

 Menjawab keterangan diatas, lepas benar tidaknya ada tulisan tersebut dipublise – saya berprasangka demikian, karena saya tahu betul wataknya penyiaran Ahmadiyat-maka perlu ditegaskan bahwa dalam keterangan Dr.J.G. Bourne itu bukanlah merupakan “visum repertum” (surat keterangan kelukaan atau kematian menurut ilmu kedoktoran) Dia hanya mengemukakan .....“biasanya” ……….”meragukan …….”dianggap”……. Semuanya menunjukkan tidak ada kepastian. Apakah kesaksian seorang yang serba tidak pasti demikian, dapat dipercaya?

Alasan inipun, bukanlah suatu argumentasi yang bernilai meyakinkan.

-           Dr.C.C.zP. Clark, pada tahun 1908 mengemukan pendapatnya dalam Medical Record, New York, bahwa mati surinya itu mungkin suatu kepingsanan.”

             Keterangan Dr.C.C.P. Clark yang dikemukan oleh Ahmadiyag inipun sangat lemah. Dokter ini hanya mengatkan “mungkin suatu kepingsanan.”Menurut logikanya sendiri, sudah tentu |”mungkin pula benar-benar mati.”

-           Prof. S. Weiss, seorang ahli pingsan bangsa Amerika, pada tahun 1935 berpendapat bahwa pingsan adalah kejadian yang biasa dari pada matinya kurba-kurban penyaliban dan diakui oleh ahli-ahli ilmu kedokteran dizaman sekarang.”

Keterangan Prof. S.Weiss, benar tetapi lucu. Sebab memang “pingsan adalah kejadian yang biasa daripada kematiannya kurban-kurban penyaliban.” Lucu saya katakan, karena memang tidak ada “kematian itu” mendahului dari “kepingsanan”. Sebelum seseorang itu mati, beberapa saat sebelumnya pastilah mengalami pingsan terlebih dahulu meskipun dalam waktu yang sangat pendek.

Alasan ini sama sekali, bukan menunjukkan ketidak benarannya kematian Sayidina Isadi kayu salib. Waktu Sayidina Isa diturunkan dari kayu salib memang sudah mati, dan sebelumnya entah beberapa saat sebelumnya tentu mengalami pingsan ….. baru mati.

Untuk membantah dari ketiga keterangan para ahli yang dikemukakan Ahmadiyah ini, kita harus kembali fakta sejarah. Memeriksa kesaksian-kesaksian yang melihatnya sendiri. Dokumen kesaksian ini dapat setiap orang memeriksanya. Dokumen ini terbuka untuk umum,yaitu ke-Empat Injil yang terdapat dalam Alkitab. Dari kesaksian-kesaksian yang telah dikemukakan diatas, tidak ada satupun yang mengatakan bahwa Sayidina Isa diturunkan dari kayu salib, dalam keadaan pingsan, melainkan sudah mati.

Kesaksian mereka lebih bernilai, dari pada kesaksian karangan dan duga-dugaan dari Ahmadiyah sesudah 20 abad kemudian dari peristiwa itu terjadi. 

Kenapa Ahmadiyah begitu gigih menyangkal akan kematian dan kebangkitan Sayidina Isa Al-Masih? 

Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Mirza Ghulam Ahmad, mendawahkan dirinya penerima wahyu sebagai Nabi, Mujaddid juga sebagai Almasih yang dijanjikan (Masih Mau-ud). Untuk mendapatkan kepercayaan supaya berbaiat kepadanya, dia tidak segan-segan memberikan tafsiran Al-Quran jauh menyimpang dari yang sewajarnya, terutama yang mengenai masalah Isa Almasih. 

Dia berusaha dengan gigih menyiarkan kebohongan-kebohongan serta pendustaan-pendustaan yang dibuatnya sendiri. Kenap? Hal ini dengan tegas ia menulis: “Buktikanlah kepada orang-orang Kristen itu, bahwa anak Maryam telah mati untuk selama-lamanya. 

            Berdasarkan kemenangan yang kamu peroleh dengan argumen ini maka kamu akan sanggup menyapu bersih agama Kristen dari permukaan bumi. Pada hari kamu mengalami sukses dan bukti bahwa Al-Masih ini termasuk dalam rentetan orang-orang yang sudah mati dan pada hari kamu mencamkan kenyataan ini, dalam hati sanubari orang-orang Kristen itu, maka kamupun akan mengetahui, bahwa Agama Kristen itu telah berolah “exit-nya dari dunia ini”. 

Selain itu mengenai ayat Quran 3: 59, yang menerangkan bahwa Adam dan Isa sama-sama tidak ber-bapa pada umumnya telah dipergunakan oleh kaum Muslim untuk menolak ketuhanan Sayidina Isa. Tetapi ayat tersebut tidak bisa mencapai maksudnya, jika Sayidina Isa yang sesungguhnya dibandingkan dengan Adam dalam Bijbel, yaitu kelahirannya yang sama-sama tak berbapak. “Sayidina Isa dikandung oleh seorang wanita sebagaimana seorang wanita mengandung melalui perkawinan dengan seorang laki-laki”  (Terjemahan dari: Sayidina Isa in Heaven on Earth). 

Pengaruh propaganda Ahmadiyah ini sama sekali tidak dapat menarik perhatian pihak Kristen, kecuali menjadi senjata tambahan bagi golongan Islam lain guna menyerang keKristenan. 

            Sudah banyak orang-orang Islam pada saat-saat puluhan tahun terakhir ini, orang sudah mulai membenci propaganda-propaganda permusuhan demikian. Malah banyak pemuda-pemuda yang mau berfikir wajar, menyelidiki kebenarannya secara obyektip. Dan …. Sebagaimana dikatakan oleh Drs. Hasbullah Bakry:” kita melihat ratusan dan ribuan pemuda-pemuda yang mau berfikir wajar, menyelidiki kebenarannya secara obyektip. Ribuan pemuda-pemuda kita yang berasal keluarga Islam telah murtad meninggalkan agama Islam dan berpindah keagama Kristen … Dengan hati terharu kita melihat pecah dan retaknya beberapa famili-famili Islam karena sebagian anggotanya berpindah agama Kristen, dimana persoalan tradisi kawin, penguburan dan warisan menjadi ruwet dan sengketa batin satu sama lain.” (Nabi Isa dalam Al-Quran enz. Halaman 171). 

BANGKIT DARI ANTARA ORANG MATI
 

IA Hidup kembali. Pada hari ketiga Sayidina Isa Al-Masih telah bangkit diantara orang mati, secara real, kebangkitan jasmani, yang sudah dipermuliakan (Filipi 3:21), yang dapat dilihat dan diraba seluruh tubuhnya.

            Sayidina Isa tidak hanya dikatakan “Hidup Kembali” dengan istilah Quran dikatakan “Ub asyu Hayya”, sekiranya Dia tidak mengalami “kematian” (wafat) terlebih dahulu.

            Sebab itu Kematian Sayidina Isa Al-Masih, sama sekali tidak ada artinya, jika tidak berkelanjutan dengan KebangkitanNya, Hidup Kembali diantara orang mati.

            Andai kata Sayidina Isa itu mati untuk tidak berbangkit hidup kembali, untuk apa kita dibaptiskan atas nama orang mati.

Andai kata Ia mati tidak berbangkit hidup kembali, untuk apa kita dibaptiskan atas nama orang mati.

Sekiranya Sayidina Isa mati abadi, untuk apa orang memandangNya sebaga Juruselamat. Dimana ada kemungkinan orang yang sudah mati itu dapat menjadi Juruselamat-Nya?

Hal ini ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam Surat I Korintus 15: 29-32:

            “Jika demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orangorang yang telah meninggal? Dan kami juga – mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Al-Masih Sayidina Isa, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” (I Korintus 15: 29-32).

Inti sari kesaksian Gereja sedunia ini, adalah kesaksian atas “Kematian Sayidina Isa dikayu Salib dan Kebangkitannya dari antara orang mati.” Ia tidak akan mati lagi, melainkan Hidup sampai selama-lamanya pada kesudahan alam.

Seandainya Sayidina Isa Al-Masih tidak bangkit, tidak Hidup Kembali, maka Injil Matius, Lukas, Markus dan Yohanes, pastilah tidak ada, dan memang tidak ada keperluannya untuk ditulis. Kesaksian murid-murid Sayidina Isapun hanyalah merupakan kesaksian omong kosong. Jika agama Kristen dapat berdiri sampai sekarang – tanpa kesaksian Kebangkita Sayidina Isa – pastilah hanya merupakan Agama yang tidak mempunyai suatu pengharapan.

            Tetapi, kita sekarang ber-Agama dengan penuh pengharapan. Kita mempunyai Juruselamat yang Hidup. Memiliki Iman yang berdasarkan Kasih. Kita sudah menjadi waris penerima janji-janji Allah bersama dengan Al-Masih, menderita bersama, juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. (Roma 8: 17).

Karena itu adalah sah bagi kita, sebagai pengikut Al-Masih, untuk ikut dibangkitkan dari segala jenis kematian kita.

Kita akan dibangkitkan dari kematian bahagia rumah tangga.

Kita akan dibangkitkan dari kematian rezeki nafkah hidup.

Kita akan dibangkitkan dari kematian hati yang merusuhkan

Kita akan dibangkitkan dari kematian  iman yang sudah suam

Kita akan dibangkitkan dari kematian Kasih.

Kita akan dibangkitkan dari kematian segala rupa hal yang mencekam jiwa, dari segala kekuatiran, dari segala penderitaan hidup, segala penderitaan penyakit dan lain-lain.

Allah sudah menjanjikan, bahwa: “Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup dihadapanNya “ - Hosea 6:2.

Asalkan saja:”Mari kita berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.  Marilah kita mengenai dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar; Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi – membuat jadi subur.”(Hosea 6: 1 & 3).

            Tidak ada alasan bagi kita untuk ragu.

            Setiap orang diberi keyakinan dan kepastian tentang janji keselamatan itu. Ia telah menjanjikan kelepasan dari dosa dan kematian rohani, kekuatiran yang mencekam jiwa menjadi rasa lega dan bahagia. Suatu harapan yang sangat bagus, dan tidak perlu orang bersangsi, rasa ragu.

            Satu hal yang sangat penting dicatat dan di insyafi bahwa berkat-berkat keselamatan itu tidaklah akan datang kepada seseorang melainkan dengan melalui Sayidina Isa Al-Masih.

            Inilah sebabnya Rasul Petrus telah di ilhamkan untuk mengatakan tentang Sayidina Isa Al-Masih itu demikian:

            “Dan keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain di dalam Dia (Sayidina Isa Al-Masih), sebab dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12).

Sebagaimana halnya Injil Salib, begitupun juga terhadap Injil Kebangkitan ini, terdapat penyangkalan-penyangkalan, sejak permulaan hingga sampai pada saat kita sekarang ini.

            Sebagaimana juga halnya penyangkalan mereka terhadap Injil perihal kematian Sayidina Isa dikayu salib, begitupun juga terhadap, penyangkalan Injil Kebangkitan ini, haruslah kita berikan jawab yang layak.

Sumber pemberi jawab yang utama, tidaklah lain daripada Alkitab, terutama dari keempat Injil. Karena dari sinilah suatu kesaksian yang menyakinkan, kesaksian yang berdasarkan sejarah, kesaksian mata, dalam kebenaran.

            Mari kita periksa dokumentasi kesaksian ini satu demi satu. Ada sejumlah 11 kali Sayidina Isa yang sudah bangkit dari kematianNya itu, telah menampakkan DiriNya dalam waktu 40 hari dari KebangkitanNya sampai dengan KeberangkatanNya ke Sorga.           

1.   Sayidina Isa menampakkan DiriNya kepada Maria Magdalena

            - Yohanes 20: 11-18; dan Markus 16: 9

Pertama-tama kali dari KebangkitanNya, Sayidina Isa menampakkan DiriNya kepada Maria Magdalena, yaitu seorang perempuan yang pernah disembuhkan Sayidina Isa dari kerasukan 7 setan. Magdalena, yang tadinya sudah lupa akan janji Tuhan-nya telah bangkit dengan penuh harap, dan pergi memberitakan kesaksiannya ini kepada murid-murid Sayidina Isa.

2.   Sayidina Isa menampakkan DiriNya pada perempuan lain

            - Matius  28: 8-10; Lukas 24:10

Pada hari pertama kebangkitan itu, selain Sayidina Isa menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena, tetapi juga kepada perempuan-perempuan lain. Menurut Lukas yang ikut serta Magdalena, adalah Yohana, Maria Yakobus.

3.    Sayidina Isa menampakkan DiriNya pada Kleopas dan kawan- kawan di jalan Emaus.

- Lukas 24: 13-33; Markus 16: 12-13. 

            Untuk yang ketiga kalinya Sayidina Isa menampakkan DiriNya kepada 2 orang muridnya di jalanan menuju Emaus, kira-kira 7 mil dari Yerusalem. Kedua muridNya ini sedang patah hati, karena yang mereka harapkan dari Sayidina Isa, nampaknya telah gagal. Memang mereka sudah mendengar kabar Sayidina Isa telah bangkit, tetapi mereka sendiri agak tawar menerimanya, krena mereka sendiripun belum pernah melihatnya. Sebelum mereka mengenal Sayidina Isa waktu bertemu itu, Sayidina Isa menerangkan tentang Alkitab, perjanjian Allah akan kebangkitan Sang Mesias itu. Sewaktu mereka mengenal bahwa yang bercakap-cakap itu adalah Sayidina Isa sendiri, maka Sayidina Isapun hilanglah dari pandangan mata mereka. 

4.     Sayidina Isa menampakkan Dirinya kepada Simon Petrus

            - Lukas 24: 34; I Korintus 15: 5

            Kedua murid Sayidina Isa telah bertemu denganNya di jalanan Emaus itu, kembali ke Yerusalem, dan langsung menemui murid-murid Sayidina Isa lainnya. Meeka sedang berkumpul bersama-sama. Kata mereka: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diriNya kepada Simon.” Lalu kedua orang itupun menceritakan juga pengalamannya di jalanan menuju Emaus, dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-memecahkan roti.

5.  Sayidina Isa menampakkan Dirinya kepada semua murid-muridnya, kecuali Thomas, karena tidak hadir.  (Lukas 24: 35-49, Yohanes 20: 19-23).

Dalam suatu ruangan khas yang terkunci, murid-murid Sayidina Isa, kecuali Thomas tidak hadir, sedang berbincang tentang Kebangkitan Sayidina Isa. Tiba-tiba Sayidina Isa telah berdiri ditengah-tengah mereka, dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu.” ('assalammualaikum') Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Baginda berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragua-raguan didalam hatimu? Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.”

Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka:”Adakah padamu makanan disini? Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goring. Ia mengambilnya dan memakannya didepan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: "Inilah kata-kataKu, yang telah Kukatakan padamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur (Zabur).”  Katanya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Al-Masih itu harus wafat dan kembali hidup lagi, dan dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semua ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat yang tinggi.

6.  Sayidina Isa menampakkan Dirinya yang ke-6 kalinya dihadapan 11 murid-muridNya. (kini termasuk Tomas).

            - Yohanes 20: 26-29, Markus 16: 14-18.

Untuk yang keenam kalinya, Sayidina Isa Al-Masih (as) telah menampakkan Dirinya kepada 11 orang murid-muridnya, kini termasuk Tomas. Sebelumnya waktu Tomas mendapat kabar bahwa murid-murid Sayidina Isa lainnya sudah pun melihat Sayidina Isa yang sudah bangkit dari maut itu, Tomas sendiri masih belum percaya, selagi dia belum melihatkannya diri sendiri! Tomas waktu itu berkata: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” - Yohanes 20:25.

Delapan hari kemudian murid-murid Isa(as) berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Sayidina Isa telah datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"  Kata Isa(as) kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

 

7.      Sayidina Isa menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias. -Yohanes 21:1-14.

 

“Kemudian Isa(as) menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.  Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Isa(as) berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Isa(as). Kata Isa(as) kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."  Maka kata Isa(as) kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Isa(as) itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.  Kata Isa(as) kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."  Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Isa(as) kepada mereka: "Marilah dan bersarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.  Isa(as) maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.”

8. Sayidina Isa menampakkan diri-Nya kepada umum unrtuk disaksikan oleh lebih dari 500 orang.  - 1 Korintus 15:6

       Penampakan Sayidina Isa yang ke-delapan kalinya sesudah Kebangkitan-Nya di hadapan muka umum dan didepan khalayak ramai orang, dapat dilihat dan disaksikan oleh lebih daripada 500 orang, adalah merupakan pukulan atas mereka yang tidak percaya atau masih ingin menyangkal kebenaran akan kebangkitan-Nya sesudah mengalami masa kematian-Nya selama 3 hari 3 malam dalam kubur. Kalau kita berpijak pada ketentuan hukum, bahwa kesaksian dua atau 3 orang sudah cukup sesuatu diteguhkan secara hokum (Taurat: Ulangan 17:6-7) apapun pula dihadapan saksi mata sebanyak lebih dari 500 orang sekali gus. 

9.         Sayidina Isa menampakkan dirinya kepada Yakobus. - 1 Korintus 15: 7

     Untuk yang kesembilan kalinya Sayidina Isa menampakkan Dirinya kepada Yakobus. Penampakan Sayidina Isa secara pribadi ini, tidak disebutkan secara terperinci dalam Alkitab, dimana dan peristiwa apa. Tetapi bagi kita, bukanlah itu yang terpenting melainkan bahwa kebangkitan Sayidina Isa bukanlah hanya merupakan angan-angan atau khayalan, melainkan secara nyata setiap orang pada waktu dapat dilihat secara nyata. Sebab itu, sekiranya ada penyangkalan sesudah 20 abad kemudian, sama sekali tidak ada alasan bagi kita untuk percaya. Malah dapatlah kita pastikan itulah dia kebohongan tidak kepalang tanggung.

 10.    Sayidina Isa kembali menampakkan diriNya kepada 11 murid-muridNya di Galilea, dengan satu Amanat Agung, yang harus kita turut melaksanakannya (Matius 28: 16-20)           

Penampakan yang ke-sepuluh kalinya kepada 11 orang murid-muridNya ditandai dengan suatu Amanat Agung. Peristiwa diceritakan demikian. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Sayidina Isa kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Sayidina Isa mendekati mereka dan berkata: “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

            Banyak diantara Gereja-gereja, sangat sibuk mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan peringatan Paskah memperingati Kebangkitan ini. Ini tidak salah. Tetapi terhadap Amanat Agung, ini hendaknya semua Gereja lebih bekerja keras lagi, sepanjang tahun …………. Ya sepanjang tahun untuk mensukseskan Amanat Agung ini, memberitakan Injil Keselamatan. 

11.       Sayidina Isa menampakkan Diriny kali er-akhir kepada ke-11 murid-muridnya didekat Betania

            (Lukas 24: 50-53; Kis 1: 4-11)   

            Penampakkan yang ke-11 kali, sebagai penampakkan yang terakhir sebelum kenaikan Baginda ke Sorga kepada ke-11 orang murid-muridNya, terjadi di Bukit Zaitun, suatu tempat yang memang bersejarah bagi  semua para hawariyun Sayidina Isa Al-Masih.

            Untuk peristiwa ke-11 kali, sebagai penampakkan yang terakhir sebelum menaikkan kesaksiannya sebagai berikut:

            “ Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Sayidina Isa, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintahNya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilihNya. Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

            Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang – demikian kataNya – “telah kamu dengar daripadaKu. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”

            Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ” Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” JawabNya:”Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasanya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

            Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutpNya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka:”Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat kelangit? Sayidina Isa ini, yang terangkat ke Sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Sorga.” (Kis. 1:11-11).

            Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada didalam Bait Allah dan memuliakan Allah.           

Penyangkalan terhadap Injil Kebangkitan. 

Sebagaimana juga halnya dengan penyangkalan terhadap Injil Salib, maka terhadap Injil Kebangkitan inipun memang tidaklah sunyi. Penyangkalan itu tidaklah hanya terjadi pada sekarang saja, tetapi memang juga telah terjadi sejak semula.

            Memang Injil Kebangkitan ini sangatlah rapat hubungan dengan Injil salib. Seandainya Kebangkitan ini tidak ada, maka iman Kristen adalah merupakan iman yang kosong, iman yang tidak ada landasannya sama sekali. Kesaksian murid-murid Sayidina Isapun, hanyalah merupakan kesaksian khayalan belaka.

            Sebab itulah oleh seluruh gereja di dunia, Injil salib dan Kebangkitan ini adalah merupakan inti sari, pusat kepercayaan, pusat kepercayaan, pusat iman Kristen. Sebab itu, tidaklah heran, jika pihak-pihak kedajjalan berusaha sedemikian rupa agar kepercayaan akan adanya Kebangkitan ini harus di tekan, harus digoyahkan, sampai tidak mempunyai sesuatu kekuatan lagi, dan tercabut habis. Dengan demikian maka habislah pula riwayatnya pertumbuhan Agama Kristen, dimuka bumi ini, sebagaimana sudah diangan-angankan olah pengasas kelompok Ahmadiya, Mirza Ghulam Ahmad.

            Penyangkalan terhadap Kebangkitan ini memang terjadi dalam pelbagai cara, tetapi tidak ada satupun yang membahas langsung Kebenaran kesaksian mata yang dikemukakan oleh penulis-penulis Injil itu, dengan mengemukkan sesuatu argumentasi yang cukup meyakinkan.

Teori pencurian mayat

            Sebelum Kebangkitan ini terjadi, pihak Iman-imam Yahudi, telah bersiap-siap untuk mencegah tergenapinya janji Sayidina Isa bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga.

            Untuk itulah telah diperintahkan laskar-laskar Penguasa Yahudi untuk menjaga kubur dimana Sayidina Isa dikuburkan.

Waktu dini hari pada hari pertama dalam minggu ini, sekonyong-konyong terjadilah gempa bumi yang hebat. Salah satu Malaikat Allah yang berpakaian serba putih  seperti salju, telah diperintahkan oleh Allah Bapa, untuk menggeser atau membuka batu besar penutup kubur dimanan Tuhan Sayidina Isa itu telah dikuburkan. Maka serdadu-serdadu tentara Rum yang diperintahkan menjaga kubur tersebut berada dalam ketakutan yang amat sangat, lalu pergi berlari meninggalkan kubur tersebut.

            Dalam pada itu Allah Bapa dengan kuasaNya tetap menghidupkan Sayidina Isa Al-Masih, Putera-Nya dari dalam kematian maut itu. Tubuh yang tadinya sudah terkapar dengan penuh noda luka-luka, telah bergerak dan bangkit meninggalkan kubur itu pergi ke Galilea.  Kuburnya sekarang sudah dalam keadaan kosong. Malaikat Tuhan memberikan penjelasan kepada Maryam Magdalena dan Maryam lainnya, bahwa Sayidina Isa Al-Masih telah bangkit, sesuai dengan apa yang pernah Ia ucapkan, dan sekarang Ia telah pergi. Malaikat Tuhan berpesan supaya kedua wanita itu mengabarkan peristiwa tersebut kepada murid-muridnya, bahwa Dia telah bangkit dari antara orang mati akan berjalan menuju Galilea, disana kelak  akan bertemu dengan murid-muridNya.

            Para petugas melaporkan kejadian itu kepada pemimpin-pemimpin Yahudi yang bertanggung jawab atas hukuman mati disalibkannya diri Sayidina Isa Al-Masih itu. Laporan ini menyebabkan para pemimpin bangsa Yahudi menjadi kebingungan. Maka berhimpunlah mereka kepala-kepala Imam itu dengan orang-orang tua-tua untuk mencari pemecahannya segala sesuatu yang sudah berlaku ini. Karena jika berita Kebangkitan inimeluas, mau tidak mau pasti memberi kesan kepada umum, bahwa tuduhan mereka kepadanya adalah merupakan suatu dusta dan palsu adanya. Dan hukuman yang telah dijatuhkan itupun akan bernilai lain yaitu menjadi suatu pembunuhan atas orang yang tidak mestinya dilakukan. Keputusan mereka pasti dipandang suatu kesalahan besar.

            Maka itulah mereka berusaha dengan segala cara agar kejadian yang ajaib itu tidak tersebar luar, dan jika tersiar juga dapat dibendung agar tidak dipercaya.

            Jalan itu ialah memberikan uang sogok kepada laskar penjaga kubur itu berupa uang yang banyak.

            Oleh para Imam seperti diceritakan oleh Injil Matius 28: 11-15, telah membujuk dan mengajari laskar-laskar tersebit demikian: “Kamu harus mengatakan bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh Walikota  negeri, kami akan berbicara dengan dia sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apaapa.” Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.”

            Penyangkalan Kebangkitan Sayidina Isa dengan teori pencurian mayat ini, sama sekali tidak berkembang dan tidak berpengaruh. Sebab itu pihak Yahudi sendiri sudah tidak ada  kegiatan untuk meneruskan teori ini. Begitupun juga pihak antikrist lainnya sama sekali tidak ada mengambil alih teori ini.
 

Tidak ada sangkalan pihak Islam yang wajar

Kalau mengenai peristiwa bahwa Sayidina Isa telah di Salib dan mati, pada umumnya, pihak golongan Islam menyangkalnya dengan mengemukakan nats Al-Quran s.An Nisaa 4:157, tetapi mengenai Kebangkitannya mereka tidak menyangkal meskipun mereka tidak mempercayai kebangkita cara demikian.Mengenai kebangkitan ini Quran s.Maryam 19:33 menerangkan demikian: " Dan sejahtera semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Kalimat ini adalah merupakan ucapan Sayidina Isa (as.).

            Dengan kata “Ub asyu hayya” jelas sekali menunjukkan “hidup kembali dari kematian (dalam ayat itu dikatakan “amutu”, asal dari kata “maut”, yang berarti “mati”), berbeda dengan pengertian kebangkitan pada akhir zaman, (misal Quran s.Al A raf 7:25).

            Berlainan dengan penyangkalan sekte Ahmadiyah. Golongan ini sama sekali tidak menyangkal yang disalibkan itu adalah memang benar-benar Sayidina Isa Al-Masih (Isa Almasih), tetapi beliau tidak mati hanya pingsa. Kemudian mengembar ke Kashmir, dan meninggal dunia disana dalam usia 120 tahun. Jadi dari golongan ini mengenai Kebangkitan menurut Alkitab, sama sekali bungkem, tidak ada komentar, tidak ada sangkalan. Mereka memandang Isa Almasih adalah hanya manusia biasa, tidak ada keajaiban mukjizat itu. Berita mukjizat mereka pandang, hanyalah dogeng saja.

            Jadi tidak ada  yang perlu kita bahas mengenai penyangkalan golongan lain, terutama Islam (termasuk juga sekte Ahmadiya), karena memang mereka tidak menyangkalnya.

            Meskipun demikian, agaknya dirasa perlu juga kita menanggpi penyiaran golongan sekte Ahmadiyah, mengenai kehidupan dan pengembaraan Sayidina Isa di Kahmir itu, agar kebenarannya dapat dinyatakan.

            Dalam bukunya “At Tajdid fil Islam” jilid III, halaman 54 mengenai pengembaraannya di Kashmir itu, dikatakannya bahwa “para ahli sejarah juga memberikan kesaksiannya, antara lain dikemukan nama-nama: Pandit Sri Jawarhalal Nehru, H. Spencer Lewis, Muflah Nadiri, Abu Jafar Muhammad Ibnu Jarir.

            Selain, “apa yang dikannya: Para ahli sejarah ini”, memang tidak merupakan saksi mata (eye witness), bahkan juga dalam tulisan mereka tidak menyebutkan sumber keyakinan mereka itu, yang dari sumber mana memang menyaksikan sendiri. Mereka hanya mengatakan “masih ada kepercayaan yang kuat bahwa Isa pernah mengunjungi India “ (P.S.J. Nehru).

            Sebab itu, dapat kita simpulkan, bahwa keterangan mereka, bukan saja tidak bernilai kesaksia, melainkan hanya dugaan-dugaan, sangkaan-sangkaan, malah lebih tepat merupakan “kesaksian dusta” yang tidak tanggung-tanggung.

            Saya dengan senang hati mengutip tulisan-tulisan mereka selengkapnya, andaikata tulisan bersifat argumentis, merupakan fakta diperisa oleh pembaca buku ini. Tetapi saying, tulisan mereka hanya bersifat “diperkirakan, diduga, mungkin” saja. Malah baiklah kita undang mereka untuk meneliti sejarah dari kesaksian mata yang ditulis dalam Injil. Bantahlah dengan fakta, tetapi jangan dibantah dengan dusta. Silahkan. Terima kasih.

 KESIMPULAN

Mengenai Injil Salib dan Kebangkitan ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.   Kedurhakaan kaum Yahudi melakukan penyaliban atas diri Sayidina Isa Al-Masih, serta Kebangkitan sesudah mengalami kematianNya, dan dikuburkan dan Hidup kembali, adalah suatu fakta historis, suatu kejadian yang berlangsung dengan sesungguhnya, dihadapan saksi-mata ratusan mungkin ribuan manusia di zaman dan di waktu itu.

 

2.   Dokumentasi kesaksian-mata ini terbuka untuk umum, dapat dibaca, diteliti dan dipertimbangkan. Dokumentas ini, tidaklah lain daripada ALKITAB. Diakui, memang dari pihak lain non Kristen, berusaha untuk menyangkalnya, namun sampai saat ini tidak ada sesuatu Argumentasi kesaksian lain sebagai penyangkal yang cukup bernilai kebenaran.

 

3.   Karena kejadian Salib dan Kebangkitan Sayidina Isa itu adalah merupakan Kejadian Sejarah dengan kesaksian yang meyakinkan itu, maka tertolaklah sebagian golongan yang hendak menggolongkan kejadian itu hanya sebagai dongeng, sebagai mitos. Bukan tahyul, juga bukan hanya perlambang. Ia adalah fakta, kejadian, satu peristiwa sejarah dan yang cukup bersejarah yang benar-benar telah terjadi, lebih daripada 2,000 tahun yang lalu!

 

  1.  Satu Amanat Agung yang diberikan oleh Sayidina Isa, sesaat meninggalkan dunia ini, naik ke Sorga, yaitu: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan  baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

              - Matius 28:19-20

 Amanat Agung ini, hendaknya menjadi penggugah semangat bagi setiap Gereja, bahkan setiap orang Kristen pengikut Al-Masih, untuk lebih aktif dan giat bersaksi kepada hakikat Salib serta Kebangkitan Isa Al-Masih ini.


Indeks Utama