SEJARAH MAULID NABI Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Oleh: RAM KAMPAS

Asal muasal Maulid Nabi, yaitu berasal dari kaum bathiniyyah (kebatinan) yang memiliki dasar-dasar akidah Majusi dan Yahudi yang menghidupkan syiar-syiar kaum salib; maka… “Apakah benar jika kita menjadikan orang-orang seperti itu sebagai sumber ibadah kita dan syiar agama kita?”

Sementara itu kita pun mengatakan:

“Sesungguhnya abad-abad awal yang diutamakan oleh Allah, tempat para panutan kita –salafuna shalih – hidup tidak ada secuil pun bagi adanya ibadah semacam ini, entah dari ulamanya atau dari masyarakat awamnya. Tidakkah cukup bagi kita apa yang dahulu cukup bagi mereka, salafus shalih itu?”

Orang yang memperhatikan sejarah Nabi saw, serta sejarah para sahabat dan para tabi’in serta atba’ tabi’in bahkan hingga generasi sesudah tahun 350 H, tidak akan mendapatkan seorang pun dari umat Islam yang mengadakan mauludan atau Perayaan Maulid Nabi, atau memerintahkan-nya, atau bahkan membicarakannya.

Imam al-Hafizh as-Sakhawi al-Syafi’i dalam fatwanya berkata:

“Perayaan maulid tidak dinukil dari seorang pun dari salaf shalih di tiga zaman 9generasi) yang utama. Akan tetapi hal itu terjadi setelah itu.” (Mengutip dari Subulul Huda war-Rasyad (1/439), karya al-Shalihi, cetakan Kementrian Waqaf Mesir.)

Jadi pertanyaannya yang sangat mengusik adalah:

Sejak kapan Perayaan Maulid ini ada?

Apakah diadakan oleh para ulama, atau para raja, atau oleh para khulafa` ahlus sunnah yang dipercaya agamanya? Ataukah dari orang-orang yang menyimpang dan memusuhi sunnah? (www.saaid.net/mktarat/Maoled/1.htm)

Pertanyaan ini dijawab oleh para ulama Islam, diantaranya oleh Syaikhul Azhar Syaikh Athiyah Shaqr:

“Para sejarawan tidak mengetahui seorangpun yang merayakan Maulid Nabi sebelum Dinasti Fathimiyyah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Hasan as-Sandubi. Mereka merayakan Maulid Nabi di Mesir dengan pesta besar. Mereka membuat kue dalam jumlah besar dan membagi-bagikannya, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Qalqasandi dalam kitabnya Shubhul A’sya.” Lalu Syaikh Athiyah mejelaskan urutan sejarah maulid sebagai berikut:

Pertama di Mesir. Orang-orang Fathimiyyah merayakan berbagai macam maulid untuk ahlul bait. Yang pertama kali melakukan adalah al-Muiz lidinillah (341-365H) pada tahun 362 H. Mereka juga merayakan Maulid Isa (natalan). Kemudian Maulid Nabi – begitu pula maulid-maulid yang lain – pada tahun 488 H.

Sejarawan Sunni, Syaikh al-Maqrizi al-Syafi’i (854 H) dalam kitab al-Khuthath (1/490 dan sesudahnya) berkata:

“Menyebut hari-hari di mana para khalifah Fathimiyyah menjadikannya sebagai hari raya dan musim perayaan, pesta besar bagi rakyat dan banyak kenikmatan di dalamnya untuk mereka.”

Lalu dia mengatakan:

“Adalah para khalifah Fathimiyyah di sepanjang tahun memiliki hari-hari raya dan hari-hari besar, yaitu:

Hari Raya Tahun Baru,

Hari Raya Asyura,

Hari Raya Maulid Nabi saw,

Hari Raya Maulid Ali ibn Abi Thalib ra,

Maulid Hasan dan Husain as,

Maulid Fathimah as,

Maulid Khalih al-Hadir (yang sedang berkuasa),

Malam Awal Rajab,

Malam Nishfu Sya’ban,

Malam Ramadhan,

Ghurrah (awal) Ramadhan,

Simath (tengah) Ramadhan,

Malam Khataman,

Hari Raya Idul Fitri,

Hari Raya Kurban,

Hari Raya Ghadir (Khum),

Kiswah as-Syita` (pakaian musim hujan),

Kiswah as-Shaif (pakaian musim panas),

Hari Besar Pembukaan Teluk,

Hari Raya Nairuz (tahun Baru Persia),

Hari Raya al-Ghuthas,

Hari Raya Kelahiran,

Hari Raya Khamis al-Adas (khamis al-ahd, 3 hari sebelum Paskah),

dan hari-hari Rukubat.”

Al-Maqrizi berkata (pada tahun 394 H, “Pada bulan Rabiul Awal manusia dipaksa untuk menyalakan kendil-kendil (lampu) di malam hari di rumah-rumah, jalan-jalan dan gang-gang di Mesir.”

”Dan berlakulah aturan untuk merayakan Maulid Nabi yang mulia pada bulan Rabiul Awal seperti biasa.” …
[Untuk keterangan lebih lanjut mengenai apa yang terjadi saat perayaan Maulid Nabi dipelbagai tempat/waktu serta besarnya walimah maka silakan merujuk pada al-khuthath; 1/432-433; Syubul A’sya, karya al-Qalqasandi: 3/498-499)…. Dst].

Pembaca yang mulia,
setelah kita mengetahui asal muasal Maulid Nabi, yaitu berasal dari kaum bathiniyyah (kebatinan) yang memiliki dasar-dasar akidah Majusi dan Yahudi yang menghidupkan syiar-syiar kaum salib; maka di sini kita perlu mengatakan kepada orang-orang yang menilai masalah secara proporsional, logis dan obyektif:

“Apakah benar jika kita menjadikan orang-orang seperti itu sebagai sumber ibadah kita dan syiar agama kita?”…
[Petikan sebagian dari sumber : [www.qiblati.com By www.nahimunkar.com]

KOMENTAR KRITIS KITA

Muslim terpecah dalam dua “mazhab” besar dalam isu perayaan Maulid Muhammad. Yang satu memujikan “Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw”, dan yang lain mencerca Perayaan Peringatan tersebut yang dianggap “Upacara Bid’ah Yang Sesat” yang tidak pernah ada periwayatannya dalam Quran dan tradisi 4 generasi Islam awal, kecuali plagiat dari ritual Yahudi dan Nasrani. Imam al-Suyuthi telah memberi jawaban secara tertulis: Adapun perbuatan menyambut maulid merupakan bid’ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para salafush-shaleh pada 300 tahun pertama selepas hijrah…

Para pendukung Maulid Nabi menyanjung dan bersenandungkan Muhammad dalam syairnya:

"Do not ask me, friend; where is Muhammad?
Hidden in my heart, there is Muhammad!
Is there need to wander to Medina?
Here and there -- apparent is Muhammad.
In my heart and eyes resides forever
From the day of covenant, Muhammad ..."

(lihat Annemarie Schimmel dalam bukunya: "And Muhammad is His Messenger").

“Sekitar 1500 tahun lalu, sebuah kemuliaan terbesar diterima oleh alam semesta. Sosok yang dzat-nya telah diciptakan terlebih dahulu atas segala sesuatu sekaligus dzat yang karenanya segala sesuatu diciptakan, terlahir ke dunia. Namanya Muhammad yang bergelar Rasul dan Nabi Saw. Ia lahir dari rahim suci Aminah yang tak lain adalah istri lelaki mulia bernama Abdullah (Abdi Allah)”.

Para Ulama traditional telah menempatkan Muhammad tidak lain kecuali ciptaan yang paling utama, paling indah, dan paling sempurna dari semua ciptaan yang ada. Beliau diciptakan dari Cahaya Allah sendiri jauh sebelum Adam. Dan sesungguhnyalah keseluruhan alam semesta diciptakan demi untuk Muhammad sebelum dia hadir ke dunia. Dengan perkataan lain, esensi dari eksistensi universe adalah perayaan dari kelahiran Muhammad!

Oleh karena itu—mereka berdalil—bahwa perayaan natal Muhammad adalah sebuah penghormatan yang paling layak, karena merupakan festival TAWHID, kelahiran Islam, kelahiran cahayaNya, dengan turunnya wahyu yang jatuh pada hari Senin,  dengan kelahiran seseorang yang paling dikasihi Allah Ta’ala (juga pada hari Senin), dan inilah antara lain pokok sumbernya,

1. (Sahih Muslim, Book  6, Hadith 2603 dan 2606),
Abu Qatadah al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, menjawab, “Itulah hari aku dilahirkan dan itulah hari saat aku diangkat jadi nabi, dan itu juga hari yang kepadaku diturunkan wahyu”. [Note, itulah Maulid Nabi]

2. (Qu'ran 5:15), “Sesungguhnya telah datang kepadamu (Muhammad) cahaya dari  Allah, dan Kitab yang menerangkan’ [408]. [Note: 408]. Cahaya maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab maksudnya: Al Quran. Sempurna tak bercela!

3. “Ujud pertama-tama yang Allah ciptakan adalah cahaya saya, dan ujud pertama yang Allah ciptakan adalah roh saya, dan saya adalah Nabi
ketika Adam masih antara air dan debu tanah”
(Ahadith-i-Mathnawi).

4. (Quran 21:107), “Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” dan… [Muhammad adalah rahmat segenap alam dan Islam rahmatan lilalamin].

4a. (Shahih Bukhari 4.56.757), Rasul Allah berkata, “Saya telah diutus sebagai generasi keturunan Adam yang terbaik keseluruhannya sejak penciptaan

5. (Quran 48:10), “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka…“ [Note, Muslim sudah melakukan bai’at (sumpah setia sampai mati) kepada nabinya, mengikatkan hidup-matinya bagi Nabi].

6.    (Shahih Bukhari 2, no.14), Nabi berkata, “Tidak seorangpun dari kalian itu beriman sebelum ia mencintai aku melebihi ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia”.

6a. (Quran 9:24), Nabi mengancam dan menuntut dirinya untuk dicintai melebihi ciptaan apapun dan siapapun, termasuk harta,  properti, perniagaan, bapak, anak-istri, saudara dan keluarga besar.

Itu sebabnya para pengusung perayaan Maulid Muhammad berseru:

“Kami berkata, kami tidak malu untuk mengatakan ini:  Nabi Muhammad adalah Cahaya kami; Nabi Muhammad adalah Hati kami; Nabi Muhammad adalah Hidup kami. Sebab tanpa beliau Nabi tercinta kami tak akan pernah diberi petunjuk untuk mengenal Allah, Yang Mahakuasa dan Mahamulia; tidak mengenal malaikat-malaikat, para nabi, kitab-kitab pewahyuan, dan juga tidak alam akhirat. Ketika tuan kami Ali ditanyai tentang kekuatan baktinya kepada Rasul Allah (saw), iapun menjawab: "Demi Allah, kami menjunjung beliau melebihi anak-anak kami, orang tua kami, dan semua harta kami. Beliau lebih berharga bagi kami ketimbang air bersih bagi jiwa yang haus”. 

MAU PERCAYA BEGITU SAJA?

Dalil-dalil yang dipakai untuk merayakan natal Muhammad kelihatannya sangat heroik dan meyakinkan. Tetapi sungguh tidak satupun yang relevan dan bermakna ilahi! Tak ada landasan dari seruan nabi atau maklumat malaikat atau Allah, kecuali hanya berawal dari kebangkitan naluri nafsu manusia untuk mengagung-agungkan sosok Junjungannya dengan ritual yang nyata, walau sampai harus menyontek perayaan pihak lain, ingat kasus puasa Asyura yang diadopsi oleh Islam (baca: plagiat Muhammad!) dari perayaan umat Nabi Musa. Tidak satupun dalil Maulid Nabi yang bersubstansi, melainkan hanya klaim-kosong semata, bahkan berkontradiksi sesamanya, menggunakan logika yang membodohi, slogan yang membius, tanpa bukti dan saksi!

Inilah antara lain sanggahan terhadap dalil-dalil mereka yang membodohi:

1. Hari Senin adalah hari kelahiran nabi dan hari pewahyuan kenabian?

Justru tak ada Muslim yang bisa menyodorkan hari persisnya kelahiran Muhammad. Senin yang bagaimana, dan turun-wahyu yang dimana? Bukankah Muslim Sunni menganut hari lahirnya pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara Muslim Shi'a menetapkannya pada 17 Rabiul Awal? Dan Senin yang bermakna khusus apa bagi Islam? Bukankah Maulid Muhammad tahun ini di Indonesia jatuh pada hari Selasa besok? Dan tahun kemarin (2013) jatuh pada hari Kamis? Jadi apa bobotnya Senin bagi Maulid, bagi Islam, seperti yang Allah inginkan? Bahkan Senin yang satu mana untuk hari turunnya wahyu yang pertama itu? Apakah di malam Lailatul Qadar (Quran Sura Al-Qadar, entah kapan dan dimana), ataukah di siang hari di Gua Hira (Quran Sura Al-Alaq ditahun 510 M)? Keduanya jelas berpenanggalan beda, dan tak ada sangkut-pautnya SAMASEKALI dengan pengangkatan kenabian!

Disinilah Muslim banyak yang disesatkan seolah-olah kenabian Muhammad ditahbiskan oleh Allah mulai saat itu. Namun faktanya tak ada ayat pengutusan atau pentahbisan kenabian apapun yang terjadi disitu.

2-3. Muhammad adalah Cahaya Allah dan adalah ciptaan pertama?

(a). O, awal penciptaan Muhammad?! Itu adalah peristiwa terbesar! Tapi bagaimana kejadiannya, dan apa kata-kata Allah secara VERBATIM pada saat-saat itu? Bandingkan dengan Firman Elohim sesaat sebelum penciptaan: Berfirmanlah Tuhan Elohim, "Jadilah (Cahaya) terang." Lalu terang itu jadi (Kejadian 1:3). Apakah itu event terjadinya sosok Muhammad?!

(b). Dalam Islam, Muhammad tercipta dari Cahaya Allah? Malaikat dari Api? Dan manusia dari Debu Tanah? Lalu kenapa Muhammad mati dan menjadi debu-tanah di kuburnya di Medina? Bahkan dimana beliau saat ini berada (?) ketika semua nabi-nabi Allah lainnya justru TELAH BERADA DI SURGA di tingkat  langit yang berbeda-beda? (sesuai dengan kisah Israa’-Mi’raj dimana Muhammad sendiri telah bertemu dengan para nabi di surga). Kenapa para Ulama Islam tahu persis dimana keberadaannya para nabi-nabi dulu, tetapi tidak tahu persis dimana Muhammad kini berada kecuali berkata bahwa Nabi ada di alam kubur, atau alam barzakh (QS.23:100), menunggu hingga hari Kebangkitan dengan kedatangan Isa al-Masih.

(c). Kenapa pernyataan ini (klaim Muhammad dari Cahaya Allah) ini disembunyikan Allah kepada nabi-nabi terdahulu, dan bukan disampaikan sebagai NUBUAT ILAHI? Melainkan baru disampaikan kepada nabi terakhir sebagai KLAIM dirinya, setelah ada “FAKTA”, yang mana bisa direkayasakan oleh setiap orang yang mengklaim dirinya?

4. Muhammad diutus Allah sebagai rahmat bagi semesta alam? Dan generasi keturunan Adam yang terbaik keseluruhannya?

Bangsa yang tidak berurusan dengan Nabi SAW dan  Allah SWT (seperti Jepang, Korea, Taiwan, Swiss, Denmark, negara-negara di Scandinavia) nyatanya justru menikmati “rahmatan” tingkat atas, dibandingkan dengan “rahmatan utopia” dari negara-negara Islam yang selalu mempertontonkan diri dengan saling menuntut, mengintrik, mengkafiri, melaknati, dan membantai sesamanya dikalangan internnya.

Dan dalam moralitas yang bagaimanakah Muhammad dapat menonjolkan dirinya sebagai sosok terbaik serta pembawa rahmat? Anti pedofil? Anti dusta? Anti benci, dendam dan kekerasan? Anti membunuh? Anti merampok? Contoh kekudusan? Contoh seksualitas  yang mulia? Contoh welas-asih kepada sesama/musuh? Contoh mengurbankan nyawa bagi domba-dombanya? Singkatnya, siapakah sosok yang paling SUCI, BENAR, dan paling terkemuka di seluruh dunia dan di alam akhirat menurut Allah: Muhammad atau Isa Al-Masih? (QS.19:19, 34; 3:45)

Muslim cenderung terjebak dengan anggapannya sendiri bahwa “ayat” itu sama dengan “bukti”.  Padahal ayat atau firman – walau dari atau atas nama Allah – bukanlah bukti otomatis, melainkan hanyalah sebuah klaim sepihak belaka dari orang yang mengatakannya. Ayat firman harus dibuktikan dengan firman KUN (kun fayakun! Manifestasi kuasa ayat dengan tanda sorgawi) barulah ia terbukti sebagai firman. Ia pasti tidak menjadi kebenaran ilahiah bilamana ia jelas-jelas bermasalah, atau bertentangan dengan fakta dan kebenaran yang muhkamat, atau yang tidak didukung dengan TANDA KUN, saksi dan kuasa-ilahi yang memang tersedia bagi setiap nabi Tuhan demi meneguhkan/membuktikannya. Yesus berkata dengan sangat jelas tentang keabsahan sebuah kebenaran:

“Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar” (Yoh.5:31).

Dan Yesus menunjukkan banyak pihak-pihak lain yang menyaksikan klaim diriNya sebagai tanda kebenaran. Yaitu kesaksian dari Nabi Yahya dan lain-lain nabi, kesaksian Alkitab, Kesaksian Bapa Elohim, para Malaikat dengan saksi mata, mukjizat dan nubuatNya (lihat ayat lanjutannya dll).


5-6. Nabi menuntut pengorbanan total dari diri para umatnya kepada diri NABI? Pengorbanan yang melebihi cinta kepada diri mereka sendiri?  Terus terang, Mungkinkah hal ini sesungguh-sungguhnya bisa dan boleh dilakukan oleh manusia Muslim terhadap manusia Muhammad? Muslim bisa tertipu disini.

Pertama, apakah Muhammad mengenal betapa Tuhan dan nabi-nabiNya terdahulu pernah menuntut cinta maksimal dari umatnya? Perintah Taurat dan Injil berkata: KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA SEPERTI DIRIMU SENDIRI. Itulah kasih tertinggi dan yang bisa diukur diantara manusia terhadap manusia. Tak bisa dan tak boleh lebih! Bila lebih, maka itu namanya mendewakan Nabinya yang hanyalah seorang manusia bersama dengan Allahnya yang Mahatinggi, dan ini adalah sebentuk “pemberhalaan” kepada DUA ILAH. Karena tuntutan manusia Muhammad ini terhadap manusia umatnya, maka kini kita tidak begitu heran kenapa banyak Muslim justru lebih mendidih amarahnya (dan siap mati) ketika merasa Nabinya dihujat ketimbang Allah SWT sendiri yang dihujat!

Kedua, apakah Muhammad juga tahu bahwa justru Nabi-lah yang harus mengorbankan segalanya bagi umatnya, dan bukan sebaliknya? Justru nabi yang harus mencontohkan taat hukum, dan bukan menikmati pengecualian hukum [seperti poligami sesuka jumlah istri, mengawini anak mantunya, pilih kasih antar istri (Aisyah), kawin tanpa wali dan saksi (Zainab), rampas 1/5 harta jarahan, tidak bersunat, dst], harus mendoakan umatnya dan bukan perintahkan mereka untuk bershalawat kepada nabinya di waktu pagi 10 kali dan petang 10 kali demi "barter jual beli untuk mendapatkan syafaat nabi di hari kiamat."

Abraham mengorbankan kampung halamannya dan segala yang dipunyainya, bahkan anaknya siap dikurbankan. Musa meninggalkan kemewahannya 40 tahun di istana Firraun dan hidup mendusun 40 tahun, lalu mengembara 40 tahun di gurun bersama umatnya. Nabi Yahya yang hidup dan berseru digurun menerompetkan Yesus sebagai Kalimat Allah (QS.3:39), sampai mengurbankan kepalanya (dipancung) demi kebenaran. Dan Yesus? O, Dia justru terbukti mengorbankan semua yang Ia miliki! Dan Dia berkata sesuatu yang ditujukan kepada umatNya, tapi juga dikhususkan kepada umat lainnya yang terbius bualan nabinya yang palsu:

"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia (Yesus) tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." …“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Matius 8:20, Yohanes 10:11)

AKHIR KATA & RENUNGAN

Hari-hari ini dunia menyaksikan satu fenomena negatif bahwa Hari Natal Yesus yang paling kokoh dasarnya itu justru banyak dihujat oleh pihak Muslim sementara Natal Muhammad yang SAMASEKALI tak berdalil surgawi itu justru tidak dikritisi kedalam. Bagaimanapun dunia mempunyai segala alasan SHAHIH kenapa Natal Yesus layak dirayakan dengan penuh sukacita besar. Ya, itulah Natalnya seorang Juruselamat, Mesias (Al-Masih), dan Tuhan! Dan Malaikat Tuhan sendiri yang memaklumatkan kepada Maria dan para gembala sebagai saksi-mata. Resapilah SELAMAT NATAL sorgawinya yang berwibawa:

KATA MALAIKAT KEPADA PARA GEMBALA:

"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat,  yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. … Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Elohim, katanya: "Kemuliaan bagi Elohim di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Luk 2:10-14)