Ada Apa Dengan Muslim Sehingga Takut Baca Alkitab dan Injil? Bagian 2
Mengapa Al-Quran diwahyukan kepada Muhammad hanya memakai perantara oknum misterius Jibril tanpa TANDA kuasa ilahi? Sedangkan sebelum Muhammad, Tuhan sendiri yang selalu bersabda secara langsung kepada para nabi dan umat-Nya?
Kenapa Allah justru menolak/tidak berkenan berbicara dengan Nabi TerakhirNya secara langsung dan dialogis timbal-balik seperti kepada nabi2 Israel? Bukankah ini mirip dengan kasus presiden Jokowi yang tidak berkenan berdialog dengan mantan presiden SBY (re: kasus demo-akbar Jakarta diakhir 2016), sementara semua pimpinan partai lainnya sudah dijamu beliau? Semua pihak pasti bisa memahami apa maksud pak Jokowi dengan mendiskreditkan SBY seperti itu. Dan itulah pula yang Muslim mesti pahami dimana posisi Allah terhadap Muhammad diantara para nabi-nabi lainnya!
By Ram Kampas (PART-2)
3. WAHYU MANAKAH YANG LANGSUNG DARI MULUT TUHAN SENDIRI :
AL QURAN VS. ALKITAB?
Lebih dari hal itu, dimanapun, Allah tidak pernah berwahyu langsung (verbatim) dengan Muhammad! Dan sebaliknya Muhammad juga tidak pernah berbincang-bincang langsung dengan Allahnya (verbatim). Dimanapun tidak ada dialog ilahiah antara Allah dengan Nabi Terakhirnya, entah kenapa semuanya hanyalah produk dikte satu arahdari suatu ruh/ Jibril yang mengatas-namakan Allah!
Sebaliknya, Tuhan dari nabi-nabi Alkitab semuanya berbicara langsung dengan setiap nabiNya secara verbatim, bahkan dialog timbal balik. Itu adalah pengutusan dan pewahyuan yang langsung, otentik dan berotoritas dari Tuhannya.
CONTOH wahyu dialogis dengan Abraham: “Lagi firman YAHWEH kepadanya: "Akulah YAHWEH, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu." Kata Abram: "Ya Tuhan YAHWEH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?" (KEJ 15:7-8).
CONTOH berwahyu muka dengan muka kepada Musa:
Lalu sahut Musa (kepada Tuhannya): "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: YAHWEH tidak menampakkan diri kepadamu?" YAHWEH berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." Firman YAHWEH: "Lemparkanlah itu ke tanah." (Keluaran 4:1-3)
CONTOH betapa Elohim menjawab langsung seruan Yesus, yang disaksikan banyak orang (bukan klaim): “Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!" Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia." (Yoh 12:28, 29).
CONTOH DARI QURAN yang cukup membelalakkan mata Muslim sendiri:
“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil” (QS 3:48). Allah sendiri yang mengajarkan kepada Isa Almasih seluruh Injil dll secara komplit dan runut tanpa bisa korup dan dikorupkan. Allah tidak membiarkan ruh misterius (Jibril) untuk berwahyu kepada Isa. Juga tidak bolak balik “mewahyukan” ayat2 secara kronologis lalu diacak ulang jadi non-kronologis (seperti Quran). Isa juga tidak pernah diperintahkan Allah untuk menanyakan wahyu2 (yang meragukan, mutasyabihat) kepada para Ahli Kitab seperti yang diperintahkannya kepada Muhammad (10:94)!
KINI PERTANYAAN yang layak bagi setiap Muslim Pintar:
¢ Mengapa Al-Quran diwahyukan kepada Muhammad hanya memakai perantara oknum misterius Jibril tanpa TANDA kuasa ilahi? Sedangkan sebelum Muhammad, Tuhan sendiri yang selalu bersabda secara langsung kepada para nabi dan umat-Nya?
¢ Kenapa Allah justru menolak/tidak berkenan berbicara dengan Nabi TerakhirNya secara langsung dan dialogis timbal-balik seperti kepada nabi2 Israel? Bukankah ini mirip dengan kasus presiden Jokowi yang tidak berkenan berdialog dengan mantan presiden SBY (re: kasus demo-akbar Jakarta diakhir 2016), sementara semua pimpinan partai lainnya sudah dijamu beliau? Semua pihak pasti bisa memahami apa maksud pak Jokowi dengan mendiskreditkan SBY seperti itu. Dan itulah pula yang Muslim mesti pahami dimana posisi Allah terhadap Muhammad diantara para nabi-nabi lainnya!
Jadi wahyu manakah yang langsung, lebih otentik dan berotoritas? Dan manakah wahyu-perantara bisik2 tanpa saksi yang mudah dikorup dan fiktif, karena sang perantaranya sendiri, ruh misterius ini, tidak mengantongi DOKUMEN PENGUTUSAN ALLAH yang mampu memperlihatkan kuasa dan nubuat ilahiah yang menyertainya?
4. WAHYU MANA YANG LEBIH TERJAGA DARI TANGAN-TANGAN JAHIL: ALQURAN VS. ALKITAB?
Muslim terlalu terlena oleh cekokan yang dijejalkan oleh agamanya sejak dari masa kecilnya. Tatkala Ulama berulang 1000x mengumandangkan bahwa Quran itu wahyu langsung dari Allah, dan sempurna hingga ketitik dan komanya, maka itulah yang diimani mereka. Celakanya, setiap ayat Quran – yang nota-bene adalah klaim Muhammad dengan mengatas-namakan Jibril dan Allah—justru dianggap Muslim sebagai BUKTI dalam komprehensi, dalam olah pikir, dan dalam debat dimanapun. Saya misalnya sering bertanya mana buktinya bahwa Allah Quran itu Mahakuasa, dan mereka menunjukkan beberapa ayat, antara lain ayat pemastiannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.(22:40).
Saya tersentak, menyadari bahwa teman Muslim saya ini sudah jauh tersihir sehingga tidak bisa membedakan lagi mana yang statemen dan mana yang bukti.
Bahkan sesungguhnya statemen ayat tsb justru membuktikan sebaliknya, yaitu bahwa Allah sungguh TIDAK Mahakuasa sehingga butuh ditolong oleh umatNya.
Maka datanglah statemen ayat paling terkenal yang dianggap bukti keras bahwa AlQuran itu yang dijamin keterjagaannya dari kesucian, keaslian dan kemurniannya sampai selama-lamanya. Tidak tersentuh oleh pengkorupsian ayat manapun, yang mana berlainan dengan Alkitab yang tidak terjaga dari tangan-tangan si Jahil:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS.15:9). |
|
Kembali itulah fallacy Muslim, yang merasa SUDAH membuktikan apa yang justru harus dibuktikan! Muslim merasa bahwa mereka memiliki Quran Asli seperti yang persis ada di Lauh Mahfudz disisinya Allah. Wah… itu asumsi besar, retorika nyaring, dan spekulasi yang jelas melewati batas jangkauan logika dan nalar!
Mari, kita angkat argumen ini dari satu sudut pandang iman Muslim yang paling mendasar saja. Yaitu bahwa Quran yang ada di Arab abad ke-7 itu MUTLAK utuh sempurna, dan sama persis isinya seperti copy-duplikat dari aslinya yang ada di Surga di Lauh Mahfudz yang terjaga disisi Allah!
PERTANYAAN: siapa didunia ini yang mampu men-shahihkan Quran secara utuh sempurna itu selain mengembalikan sandarannya kepada YANG EMPUNYA QURAN? Dan seperti yang dipaparkan dibutir-3 diatas, Yang-Empunya Firman ini justru tidak pernah berkata-kata dengan Muhammad. Jadi hanya ruh misterius itulah yang menurunkan Quran dari Surga secara cicil mencicil ayat selama 23 tahun kenabian Muhammad, dan sebegitu Muhammad wafat maka selesai pulalah pemunculan ruh tsb didunia! Ruh ini tidak berperan apapun lagi diantara manusia2 Arab yang ditinggalkan oleh Nabinya. Dan kita juga tahu bahwa Quran final selesai dikumpul-kan Utsman sekitar tahun 652 M atau 20 tahun sesudah Muhammad dan Ruh itu telah pergi. Maka jangan lupa bahwa sejak itu Ruh ini tidak lagi menjadi “sandaran sanad” dari rangkaian rawi–rawi penghafaf ayat (Qari) yang mengantarkan materi AYAT hingga kepada sumber aslinya, yaitu Allah SWT sendiri sebagai Yang Empunya Ayat. Ruh absen, dan Muhammad sendiri juga absen untuk menjadi saksi mata hidup terhadap cara pengumpulan maupun hasil final dari pengumpulan mushaf Utsman yang penuh controversial itu!
Mushaf ini dianggap oleh para Ulama kita sebagai PERSIS SAMA dengan Quran di Lauh Mahfudz disisi Allah!
Alangkah naifnya anggapan demikian!
Logika dasar ditiadakan ulama, bahwa yang namanya WAHYU (dan bukan Hadist) itu selalu harus disangkutkan langsung kepada YANG EMPUNYA WAHYU atau YANG MENTRANSMISIKAN WAHYU (yang Tuhan utuskan)! Itu tidak boleh terputuskan “sanad-ilahinya” oleh akal2an manusia –betapapun mutawatirnya-- yang selalu RENTAN disesatkan syaitan yang menyelinap sebagai Malaikat Terang! Apabila suatu materi tidak dihasilkan dari Ruh maka itu hanyalah sebuah PRODUK kesepakatan manusia yang tanpa disertai pemeteraian Ilahiah.
Dalam hal ini Muhammad sendiri juga tidak kenal dan tidak mengesahkan mushaf Utsman yang disepakati manusia saat itu. Muhammad tidak pernah memuji Utsman dan kwalitas Komisi Pengumpulan Quran yang disusunnya. Mushaf Utsman juga bukan mushaf primer yang paling awal dicatatkan atau dibacakan dihadapan beliau seperti yang pernah dilakukan Mushaf Ibn Mas’ud dalam satu acara khusus dimana ia mendemontrasikan mengaji (tekstual) hingga lebih dari 70 Surat, dan tidak ada seorangpun diantara hadirin termasuk Nabi yang menyalahkan pengajiannya (HR. Muslim).Muhammad cuma pernah memuji secara terbuka terhadap pencatatan dan penghafalan yang correct dari 4 Sahabatnya yang paling berotoritas dalam ilmu Al-Quran:
“Belajarlah mengaji Quran dari 4 orang: dari Abdullah bin Mas’ud –
Beliau memulai dengan nama ini – Salim, ex-budak merdeka dari Abu Hudhaifah, Mu’adh bin Jabal, dan Ubay bin Ka’b.” (Sahih al-Bukhari, V, pp.96-97).
Nah, sekalipun sudah dipujikan Nabi, namun Utsman justru menafikan mushaf2 primer dan memerintahkan semua naskah primer yang ada agar dibakar habis (Shahih Bukhari VI, p.479; Tafsir Tabari I, p.20). Dimusnahkan tanpa disimak atau diadili apa “kesalahannya” mushaf-mushaf tsb. Yang diizinkan exist hanyalah mushaf dirinya satu-satunya untukmenjadi Quran yang kita kenal saat ini.
Jadi, bagaimanapun dibela-bela, Quran tetaplah sebuah produk riwayat mutawatir manusia belaka, tidak lebih dari restu dan keputusan tangan-besi dari Khalifah Utsman, bukan restu Muhammad, apalagi restu Ruh dan Allah. Keputusan Utsman yang tidak mesti sejalan dengan rekomendasi Nabinya, tidak dihadiri dan disaksikan Muhammad, dan yang jelas terputus sanadnya dari Allah dan RUh sebagai sumber pertama dan kedua, semuanya ini menjadikan Quran hanya diwakilkan kepada LEVEL para sahabat Muhammad saja yang nyatanya saling bertikai sesamanya tentang isi dan bacaan Quran!
[Sekedar Misal saja, pertikaian tentang keabsahan sisipan surat Al-Fatihah (yang ditolak Ibn Mas’ud sebagai wahyu), susunan/urutan surat2 kok anti kronologi, total ayat controversial tidak terbukti keutuhannya sempurna, tentang ayat RAJAM yang absen dari Quran tapi kok ada di Hadist (sampai2 Umar bersumpah diakhir hayatnya bahwa ayat itu memang ada: “Ya Allah, bersaksilah bahwa aku telah mengatakan dan menyampaikannya tetapi tak seorangpun menerimanya”). Juga ayat RADHA’AT yang hilang (tentang batasan menyusui agar boleh menjadi muhrim). Tentang surat At Taubah yang terpotong sehingga tidak mengandung pembukaan ‘Bismillah’, dll dll.banyak sekali yang bisa dibeberkan!]
Sanad yang terputus dari sumbernya dan tidak disaksikan siapa2 yang berotoritas inilah yang sesungguhnya membuat Quran jauh dari penjagaan Allah yang sempurna, dan INFERIOR jauh terhadap syarat pewahyuan Alkitab yang SELALU HARUS menghadirkan “sanad ilahi”:
“oleh dorongan Roh Kudus (Roh Elohim sendiri),
orang2 yang diilhami itu berbicara atas nama Tuhan” (2Petrus 1:21)… DAN
“ kami berkata-kata tentang karunia-karunia Elohim dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh (Elohim)” (1Kor 2:13).
Jadi, dimanakah bukti bahwa Allah menjaga kemurnian KitabNya secara ilahiah? Dengan perkataan lain, bagaimana Anda bisa berkata sembrono bahwa Quran-Dunia saat ini adalah IDENTIK persis dengan Quran-Surgawi sampai ketitik komanya?
QURAN YANG ACAK SEBAGAI BUKTI PRODUK DUNIA
Akhirnya, mengatakan kedua Quran itu tidak identik adalah jauh lebih gampang dan benar. Benarkah? Ya, lihat saja susunan Quran dunia yang acak-acakan anti kronologi itu! Non kronologi Quran itu artinya apa? Artinya ada DUA perkara mustahil yang telah didongengkan terjadi.
1. Wahyu Allah yang sudah baik2 diturunkan ruh misterius secara kronologi –-ayat per ayat sejak tahun 610 hingga 632 kematian Muhammad-- telah rusak diacak oleh entah siapa, sehingga ruh Jibril harus turunkan ulang/revisi susunan ayat2 dan surat yang “lebih baik urutannya” dan dahsyat karena “tak perlu konteks”, yaitu Quran acak yang final seperti sekarang ini! Tidakkah konyol karya Jibril atau Allah yang satu ini?
2. Jikalau Quran-Surga memang aslinya acak seperti Quran-Dunia sekarang ini (dimana surat Al-Fatihah diturunkan paling awal), maka tentulah Muslim akan bertanya: “Apa betul digua Hira Muhammad sudah menerima Al-Fatihah, lalu disusul terima surat Al-Baqarah dst.
Kronologi itu adalah entitas yang Tuhan ciptakan khusus untuk urutan “keberadaan sesuatu” dengan melekatkan waktu kepada sesuatu yang ada itu. Berlainan dengan bahasa, kronologi bukan ciptaan manusia. Bila Quran masih harus tunduk pada bahasa ciptaan (Arab) untuk dipahami secara tertib oleh manusia, maka terlebih-lebih Quran harus MUTLAK tunduk pada kronologi yang Tuhan ciptakan sendiri bagi pemahaman keberadaannya untuk bisa dihayati dengan benar.
Menyedihkan bahwa Quran adalah satu2nya Kitab didunia yang anti-kronologi yang Allah lekatkan kepada dirinya. Allah juga tidak berwahyu langsung, melainkan ruh. Ini memberi implikasi bahwa Tuhan dengan will & design Nya (awas, bukan kebetulan!) mengambil property kronologi & konteksNya keluar dari Quran, sehingga terkusut dalam ke-acakan yang abadi! Lalu memaksa setiap Ulama yang malang untuk harus men-cari2 rangkaian benang kusutnya Quran demi mendapat-kan secercah penerangan tambahan lewat pelbagai Studi Ulumul Quran yang sungguh sebagiannya hanyalah sia-sia tak diperlukan, bilamana tadinya mushafnya kronologis dalam konteksnya!
Bandingkan bahwa buku-buku manapun didunia, termasuk Alkitab dan Injil, tidak memerlukan ilmu sempalan yang begitu ruwet membebani. Namun Quran secara kontradiktif telanjang mengklaim dirinya sebagai“Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan dengan terperinci” (QS.11:1). Disitu Anda bisa melihat sendiri betapa kontradiktifnya ayat diatas dengan perlunya ilmu2 Islamik yang ruwet dan redundant itu tanpa menghasilkan yang bermakna, antara lain meliputi:
*Seperti ilmu pembedaan mana Surat2 Makkiyah dan mana yang Madaniyah; *Asbab an Nuzul untuk mencari kaitan turunnya ayat tertentu dengan sebab2
dan konteks sejarahnya;
*Mana ayat2 nasikh (yang membatalkan ayat sebelumnya) dan mana yang
mansukh (yang dibatalkan);
*Munasabah (antar ayat dan surat) ilmu yang sulit tentang persesuaian antar hubungan ayat/surat berdasarkan urutan bacaannya.
Kitab Anti-kronologi yang kacau inikah yang dipakai Ulama untuk melarang umat Islam membaca Alkitab dan Injil? Sebaliknyalah yang benar, bahwa Alkitab dan Injil tidak dipermasalahkan Quran yang nyata-nyata menjunjung moral dan harkat-surgawinya. Kitab-kitab Suci ini justru yang mampu menelanjangi slogan2 heroik, seruan petunjuk dan ajaran yang salah kaprah dari ulama:
“Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi),dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (QS 5:46).