Reliabilitas dan Konsistensi Qur’an
Sulit untuk memperkirakan pentingnya Quran dalam Islam. Orang Muslim dengan bangga mengatakan pada kita bahwa ini adalah ‘Testamen terakhir’ dan bahwa Quran tidak pernah diubah. Oleh karena itu, upaya apapun untuk mempertanyakan klaim kebenaran Islam akan juga harus mencakup pengujian menyeluruh terhadap Quran. Sebelum kita memulai pengujian ini, adalah baik untuk mendaftarkan beberapa beberapa keyakinan universal yang penting mengenai Quran yang dianut oleh orang Muslim.
Orang Muslim percaya bahwa Quran adalah perkataan langsung dari Allah yang sempurna. Orang Muslim percaya bahwa Allah (dan bukan Muhammad) adalah penulis Quran. Muhammad hanyalah “seorang yang menyampaikan’. Perkataan-perkataan dalam Quran adalah milik Allah. Mayoritas orang Muslim ortodoks bahkan mengatakan bahwa Quran itu kekal dan tidak diciptakan. Dengan kata lain, Quran senantiasa telah ada, sejak sebelum penciptaan dunia. Menurut Quran sendiri, Quran dipelihara Allah di surga (Quran 85:21-22)
Orang Muslim percaya bahwa Quran ajaib/bermujizat. Ketika dipaksa membuat mujizat, Muhammad diintruksikan untuk menjawab bahwa Quran harus dipandang sebagai mujizat terbesar dari semua mujizat. Oleh karena itu orang Muslim dengan tekun mempelajari halaman-halaman Quran untuk mencari bukti akan naturnya yang ajaib.
Orang Muslim percaya bahwa Quran tidak memiliki sumber-sumber duniawi. Oleh karena orang Muslim percaya bahwa Quran adalah perkataan langsung dari Allah, maka Quran diklaim sama sekali tidak memiliki sumber-sumber dari dunia ini. Ini berarti bahwa mereka percaya Quran tidak dibangun dari dokumen-dokumen terdahulu atau mendapatkan inspirasinya dari pribadi atau teladan Muhammad.
Orang Muslim percaya bahwa Quran tidak pernah diubah. Orang Muslim percaya bahwa di bawah pemerintahan Uthman (Khalif ke-3, memerintah pada 664-656 M) semua salinan Quran yang berbeda dikumpulkan dan dihancurkan dan bahwa versi Quran yang masih ada dengan akurat merefleksikan perkataan kekal Allah.
Orang Muslim percaya bahwa banyak orang Muslim mula-mula yang menghafal Quran secara keseluruhan. Ada banyak orang Muslim modern (yang disebut ‘Hafiz al-Quran’) yang menghafal seluruh isi Quran. Umumnya juga dipercayai bahwa praktik ini telah ada sejak hari-hari paling awal Islam ketika beberapa sahabat nabi juga dapat mengucapkan seluruh isi kitab tersebut di luar kepala. Dengan cara ini, transmisi teks tersebut dijaga dengan baik karena tidak hanya eksis pada halaman-halamannya melainkan juga dalam benak orang beriman.
Orang Muslim percaya bahwa Quran tidak memiliki kontradiksi di dalamnya. Quran itu sendiri menyatakan bahwa Quran akan penuh dengan kontradiksi jika bukan berasal dari Allah (Quran 4:82). Oleh karena itu, orang Muslim percaya bahwa tidak ada kontradiksi yang dapat ditemukan dalam halaman-halaman Quran.
Orang Muslim percaya bahwa Quran sepenuhnya dapat dipercayai. Oleh karena Quran memuat perkataan langsung dari Allah, Quran beralasan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam halaman-halamannya dalah benar dan akurat. Oleh karena itu orang Muslim percaya bahwa ketika Quran membuat pernyataan-pernyataan mengenai kosmologi, sains atau sejarah, semuanya itu akan selalu dapat dipercayai.
Kita akan menunjukkan bahwa tidak satupun keyakinan tersebut di atas yang lulus dari pengujian yang kritis. Ini akan menjadi jelas saat kita mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai cara Quran ditransmisikan, yang akan kita bahasa berikut ini.
Sejauh mana transmisi Quran dapat dipercayai?
Sebagaimana yang diindikasikan oleh klaim “tidak pernah diubah, tidak pernah digantikan” yang terus menerus diulangi, orang Muslim percaya bahwa Quran diturunkan kepada kita dengan cara yang benar-benar dapat dipercayai. Dengan kata lain, perkataan yang anda dengar ketika seorang Muslim modern membaca Quran adalah perkataan yang sama yang diucapkan Muhammad saat menerima wahyu-wahyu pertama dari Allah.
Versi resmi islami mengenai bagaimana Quran diturunkan kepada kita memberikan penjelasan terperinci mengenai bagaimana “Quran yang sempurna” itu dipelihara. Diklaim bahwa Muhammad mempercayakan ayat-ayat Quran kepada para pengikutnya, banyak di antara mereka yang menghafalnya. Sebagai tambahan untuk penghafalan, beberapa wahyu juga ditulis pada berbagai macam bahan. Kematian Muhammad jelas berarti akhir dari wahyu-wahyu yang baru. Dijelaskan dalam Quran bahwa ia adalah nabi terakhir yang diutus kepada umat manusia. Berdasarkan catatan-catatan tradisional Islam, orang Muslim tetap memiliki akses kepada Quran melalui orang-orang yang telah menghafalnya dan juga melalui banyak fragmen tertulis yang beredar. Kumpulan hadith Sunni oleh Zaid ibn Tabith (610-660 M), salah seorang sahabat nabi (dan yang dianggap sebagai orang menghafal seluruh Quran) dengan kumpulan berbagai fragmen kitab tersebut yang tersebar disatukan menjadi satu entitas.
Dalam karya kompilasinya, Zaid bertindak berdasarkan instruksi Khalif yang pertama, Abu Bakr (memerintah 632-634 M). Abu Bakr harus mengatasi keengganan Zaid yang mendalam dalam dua hal.
Pertama, Zaid sangat terpengaruh oleh fakta bahwa proyek ini sangat sulit karena banyak fragmen Quran yang tercecer. Zaid mengklaim bahwa akan lebih mudah memindahkan gunung daripada menyatukan semua fragmen ini.
Kedua, ia berkeras untuk melakukan sesuatu yang bahkan tidak akan dilakukan Muhammad. Abu Bakr akhirnya membujuk Zaid bahwa “itu adalah hal yang baik untuk dilakukan”, maka ia pun kemudian melakukan proyek tersebut. Walau Zaid telah melakukan upaya terbaiknya, beberapa ketidakpastian mengenai teks asli Quran tetap ada setelah kompilasi awal teks tersebut. Adalah Khalif ketiga yaitu Uthman (memerintah 644-656 M) yang menaruh beban pada dirinya sendiri untuk akhirnya menstandardisasi Quran. Berdasarkan tradisi Muslim, Uthman mengumpulkan semua salinan yang berbeda, memilih dan memilahnya (dengan bantuan Zaid), dan membakar sisanya.
Beberapa cendekiawan Syiah mengklaim bahwa proses memutuskan teks standar terjadi bahkan lebih awal dan bahwa Ali (menantu nabi) yang melakukan pemilihan tersebut dengan bantuan Muhammad.
Yang dipaparkan di atas adalah versi peristiwa yang mendidik dan memuaskan, namun ada beberapa alasan untuk percaya bahwa hal itu sama sekali tidak merepresentasikan apapun selain dari angan-angan sebagian dari para cendekiawan Muslim lainnya. Saya menyadari bahwa ini adalah sebuah pernyataan keras yang dibuat, tetapi saya bersedia mendukungnya dengan menantang catatan tradisional dalam beberapa tingkatan.
Sejarah resmi asal muasal Quran ditulis 200 tahun setelah peristiwa tersebut dipaparkan.
Kita telah memerhatikan bahwa sumber-sumber historis Islam tradisional tidak dapat dipercayai karena semuanya tidak sesuai dengan beberapa keyakinan dari sudut pandang yang jauh di masa depan kepada masa Muhammad dan para Khalif. Bukti menarik mengenai hal ini adalah banyaknya referensi bagi salinan-salinan awal Quran yang ditulis pada kertas. Kertas tidak banyak digunakan di jazirah Arab pada abad ke-7 M, dan semua dokumen yang masih ada dari periode ini ditulis pada papirus. Namun, kertas digunakan di irak 200 tahun kemudian ketika banyak hadith ditulis di belahan dunia tersebut! Ini dan faktor-faktor lainnya semestinya membawa kita untuk membaca catatan-catatan resmi tersebut dengan dosis skeptisisme yang sangat besar. Ini juga berlaku terhadap catatan-catatan mengenai bagaimana Uthman mengkompilasi Quran yang sempurna. Sama sekali tidak ada bukti bahwa hal ini terjadi, kecuali, sekali lagi, penambahan yang dibuat kepada dokumen-dokumen yang tertulis dua abad kemudian.
Ketika kita memeriksa sumber-sumber sejarah kontemporer, maka timbullah gambaran yang sangat berbeda.
Kita perhatikan, sebagaimana telah kita diskusikan, tidak satupun anggota-anggota awal dari kelompok-kelompok masyarakat yang telah ditaklukkan yang menulis tentang penaklukkan Arab yang menunjukkan bahwa para penakluk tersebut memiliki sebuah kitab, apalagi yang disebut Quran. Juga jelas bahwa teks Quran masih cair/belum dibakukan lama setelah perkiraan waktu standardisasinya. Salah satu catatan terawal yang kita miliki mengenai beberapa ayat Quran dapat ditemukan pada Kubah Emas di Yerusalem (dibangun pada 691 M). Tanggal ini jelas lama setelah perkiraan waktu Utman menstandardisasi Quran dan kita tetap melihat bahwa inskripsi-inskripsi di samping bangunan itu sangat berbeda dengan Quran yang kita miliki sekarang. Sekitar tahun 730-an, seorang teolog Kristen John dari Damaskus masih menulis tentang kitab-kitab sakral orang Muslim sebagai kumpulan teks-teks alih-alih sebuah dokumen tunggal. Semua ini memunculkan keraguan besar terhadap versi-versi tradisional kompilasi Quran, yang semakin memastikan bahwa Quran muncul dalam bentuknya yang sekarang lama setelah kematian Muhammad.