Muhammad dan Allah - Satu dan Sama Saja
Oleh: Mc Gee
Penjelasan Awal
Menurut Islam saya adalah seorang Kafir, namun secara keseluruhan Islam merupakan ideologi yang lebih buruk dari agama penyembahan berhala yang pernah eksis, dengan dua alasan sederhana yaitu: Islam itu jahat dan secara kasat mata merupakan sebuah penipuan. Ada banyak ayat dalam Quran yang mendukung pendapat saya, oleh sebab itu hanya memberikan satu ayat bisa dikatakan tidak cukup, namun saya percaya sebuah peristiwa yang dinyatakan dalam Quran lebih dari cukup untuk mendukung apa yang saya katakan mengenai Islam. Yang saya maksudkan adalah perceraian Zaid, anak Muhammad hasil adopsi dan bagaimana Zaid mengijinkan isterinya Zainab untuk menikah dengan Muhammad.
Yang pertama, Tuhan membenci perceraian, dan hal ini didukung oleh banyak kitab suci yang “datang sebelumnya” disamping beberapa ayat dalam Quran sendiri. Demikian juga, menikahi isteri dari anak angkat anda tidak akan disetujui bahkan di antara para penyembah berhala sekalipun, yang hidup pada masa Muhammad.
Muhammad, sebagaimana dikisahkan, membuat dirinya lebih benar daripada Allah sendiri mengenai hal ini, yaitu ketika ia memberitahu anaknya Zaid (secara ringkas) untuk mempertahankan isterinya dan berusaha memperbaiki hubungan mereka. Tetapi tidak berapa lama kemudian, Allah memberikan aat-ayat pada Muhammad yang memperlihatkan bahwa apa yang selama ini tidak bisa diterima, sekarang bisa diterima, bahkan dianggap sebagai hal yang baik. Sura 33: 37-38
[33:37] Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
[33:38] Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,
Masalahnya datang kemudian, yaitu ketika menikahi isteri dari anak angkat baru saja diijinkan oleh Allah; Allah kemudian berbalik dengan mengatakan bahwa melakukan adopsi adalah hal yang ilegal.
Tetapi masalah ganda di sini adalah, aturan bahwa adopsi dianggap sesuatu yang ilegal, diberikan sebelum Muhammad menyaksikan Zaid menceraikan isterinya Zainab. Perintah dari Allah ini muncul dalam Sura 33:4-5.
[33:4] Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
[33:5] Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Bagaimana bisa seperti ini? Apakah pencipta alam semesta yang menciptakan manusia dengan sekurangnya lima cara, sedemikian bodohnya dengan apa yang baru saja ia katakan? Atau, justru Muhammad sendiri yang mendengar hal-hal ini dari sang “dewa bulan”?
Sam Shamoun menyimpulkan:
1. Allahlah yang menyebabkan Muhammad menjadi bernafsu kepada seorang wanita yang sudah menikah yang kebetulan merupakan isteri dari anak angkatnya.
2. Allah bahkan menyebabkan anak angkatnya itu menceraikan isterinya, sehingga Muhammad bisa menikahinya.
3. Alasan mengapa Allah melakukan itu adalah untuk memperlihatkan pada orang lain bahwa mereka diijinkan untuk menikahi mantan isteri anak-anak angkat mereka.
4. Namun belakangan, Allah melarang Muslim untuk mengadopsi anak-anak dan melarang menyebut seorang anak sebagai anak, jika dia bukan bapak biologis dari anak tersebut.
5. Karena itu, pernikahan Muhammad dengan Zainab bukan hal yang penting karena orang Muslim tidak punya kesempatan untuk menikahi mantan isteri anak angkat, sebab sebelum itu adopsi tak lagi diperbolehkan dalam Islam!
6. Lebih jauh lagi, orang Muslim percaya bahwa Allah tahu segala sesuatu, artinya Ia tahu sebelumnya bahwa ia akan menghapuskan praktek adopsi. Jika demikian, mengapa ia memerintahkan perceraian antara Zaid dan Zainab dengan alasan supaya Muhammad bisa memberi contoh kepada orang lain untuk menikahi isteri dari anak-anak adopsi mereka, saat ia sendiri sebelumnya sudah melarang praktek adopsi?
Karena itu, apakah kita sendiri mempertanyakan Quran atau mencoba memahaminya dengan mencarinya dalam hadis atau buku-buku komentator Islam, faktanya adalah tetap, bahwa seorang Muslim harus berurusan dengan perzinahan yang dilakukan Muhammad karena ia mengambil isteri dari seserorang.
Marilah kita bersikap jujur: Jika Muhammad benar-benar ingin pernikahan Zaid bisa bertahan, maka ia akan memakai pengaruhnya yang sangat besar itu saat memberikan nasehat pada mereka supaya tetap mempertahankan pernikahan mereka. Selain itu, bukankah Muhammad sendiri mengajarkan bahwa “Allah” membenci perceraian?
Diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar:
Rasul berkata: Dari semua perbuatan yang bisa dibenarkan secara hukum, yang paling menjijikkan di hadapan Allah adalah perceraian. (Sunan of Abu Dawood, Buku 12, Nomor 2173)
Tampaknya, jika berkaitan dengan urusan untuk memuaskan hasrat seksual Muhammad, Allah sama sekali tidak membenci perceraian, bahkan ia sendirilah yang merencanakan perceraian tersebut!
Sungguh mengherankan! Apa yang disampaikan pada anda mengenai pernikahan Islam? Di sini ada seorang pria, yang menikah dengan seorang isteri yang cantik. Tetapi ia tidak mencintai atau menghormatinya. Ia tak lebih dari sekedar sebuah obyek pemuas seksual bagi Muhammad dan Zaid pun sudah menganggapnya sebagai sepotong daging untuk memuaskan nafsu Muhammad. Ini bukanlah sebuah pernikahan yang didasarkan pada cinta: Ini adalah sebuah pernikahan demi memuaskan nafsu Muhammad.
Muhammad di sini memainkan karakter Jon Lovitz “Pathological Liar” dan menciptakan kebohongan-kebohongan “Quranik” untuk membenarkan dosanya.
Sumber Tambahan untuk topik ini: Zaynab and The Beast
Judul Dalam Bahasa Inggris: Mohammed and Allah one and the same