Penyaliban Dalam Quran
Diposting oleh Ali Sina pada 9 Februari 2011
Keempat Injil mengatakan bahwa Yesus disalibkan. Kisah penyaliban-Nya dipaparkan secara terperinci dalam,
Markus 15:21-41;
Matius 27:32-44;
Lukas 23:26-43 dan
Yohanes 19: 17-27,
Walau demikian Quran mengatakan Yesus tidak disalibkan. Melainkan, kemiripan dengan-Nya dikenakan pada seorang yang lain (Apakah anda ingat film Mission Impossible? Kira-kira seperti itu) dan orang itulah yang disalib.
“Dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Putra Maryam, Rasul Allah’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Sura 4:157-158)
Para apologis Muslim berusaha membela kesalahan Qur’an ini. Dalam Encyclopaedia of Islam tertulis:
Lebih jauh lagi, penyangkalan tersebut, sangat sesuai dengan logika Qur’an. Kisah-kisah Alkitab mereproduksinya kembali dalam (mis. Ayub, Musa, Yusuf, dll) dan episode-episode yang berhubungan dengan sejarah permulaan Islam menunjukkan bahwa sesungguhnya “praktek Allah” (Sunnat Allah) yang pada akhirnya membuat iman berkemenangan atas kekuatan Iblis dan kejahatan. “Sesungguhnya kesukaran membawa kelepasan”, (XCIV, 5, 6). “Kematian Yesus di salib berarti kemenangan orang-orang yang mengeksekusi-Nya; tetapi Qur’an mengemukakan bahwa tidak diragukan lagi mereka telah gagal: Sesungguhnya Allah akan membela orang-orang yang beriman” (XXII, 49). Ia mengagalkan rencana-rencana para musuh Kristus (III, 54).
Walaupun banyak orang Muslim percaya bahwa Yesus diangkat ke surga hidup-hidup (tanpa mengalami kematian lebih dulu), sejumlah kecil dari mereka, terutama kelompok Muslim Ahmadiyah, mengatakan bahwa sebenarnya Ia diselamatkan (dari salib) tetapi wafat sebelum kenaikan-Nya. Mahmoud Ayoub mengatakan,
“Disini Qur’an tidak berbicara tentang (lihat: about) seorang manusia, entah ia orang benar atau tidak, melainkan mengenai Perkataan Allah yang diutus ke bumi dan kembali kepada Allah. Dengan demikian, penyangkalan terhadap pembunuhan Yesus adalah penyangkalan terhadap kuasa manusia untuk menyingkirkan dan menghancurkan Firman ilahi, yang selamanya berkemenangan”.
Kisah Kristus diangkat ke surga, “tubuh dan jiwa-Nya”, bertentangan dengan logika dan sains. Kini kita mempunyai pengetahuan yang luas mengenai alam semesta dan kita tahu hal seperti itu adalah sesuatu yang absurd. Implikasi pernyataan seperti itu berarti Muhammad meyakini surga adalah sebuah tempat geografis.
Masalah lainnya berkenaan dengan kisah ini adalah fakta bahwa kisah tersebut mengatakan Tuhan itu tidak adil. Ia menipu orang banyak dengan menggantikan Yesus dengan orang lain. Tidak bisakah Allah menyelamatkan Yesus tanpa menipu dan mengorbankan orang lain menggantikan-Nya? Ini berarti Allah itu lemah. Menipu adalah perbuatan orang yang lemah.
Mengapa ada masalah ini? Mengapa Muhammad mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan ke-4 Injil? Itu karena pengetahuan Muhammad mengenai Alkitab hanya didasarkan pada apa kata orang. Dia sendiri belum pernah membaca Alkitab.
Pada masa Muhammad, orang-orang Kristen dari Arab Utara dan Damaskus adalah golongan Nestorian. Mereka berpendapat mustahil Putera Tuhan dibunuh. Berdasarkan keyakinan ini mereka mengembangkan doktrin yang mengatakan bahwa Tuhan pasti telah menipu orang-orang Farisi dan orang yang disalibkan tentunya orang lain yang serupa dengan Yesus.
Inilah awalnya bagaimana Muhammad mengetahui kisah mengenai penyaliban. Walaupun dapat membaca, ia tidak suka membaca untuk belajar. Orang yang narsistik beranggapan mereka sudah tahu semuanya, dan tidak seorangpun yang dapat mengajari mereka apa-apa.
Ada banyak sekali ayat yang menunjukkan bahwa Muhammad hanya mempunyai pemahaman yang sangat sedikit mengenai Alkitab. Sambil mendengarkan para pengkhotbah Kristen, terutama di pasar Okaz pada masa remajanya, ia mendengar banyak kisah Alkitab, tetapi oleh karena ia sendiri tidak membaca Alkitab, ia mencampur-adukkan banyak peristiwa dalam Alkitab dan orang-orang yang protagonis.
Satu contoh kekacauan ini adalah kisah orang-orang Samaria dan Musa (lihat di: Samaritans and Moses) dimana Muhammad menempatkan orang-orang Samaria di jaman Musa, sedangkan pada jaman itu belum ada orang Samaria.
Blunder lainnya adalah ketika ia mengacaukan Maria ibu Yesus dengan Miriam, saudara perempuan Harun dan Musa. Kedua wanita ini hidup terpisah 1500 tahun. Qur’an mengatakan:
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina!” Sura 19:27-28
Kesalahan ini diulangi dalam Sura 66:12 dimana Muhammad menyebut Maria, anak perempuan `Imran.
Alasan terjadinya blunder ini adalah karena Maria dan Miriam, keduanya dalam bahasa Arab diterjemahkan sebagai Maryam. Nabi palsu (Muhammad) yang buta huruf ini mendengar ibu Yesus adalah Maryam dan saudara perempuan Harun juga bernama Maryam. Ia menyangka kedua orang itu adalah satu orang dan orang yang sama.
Ada bukti yang mengatakan bahwa ia dapat membaca. Nampaknya tidak mungkin Abdul Muttalib tidak mengirimnya ke maktab (sekolah). Namun demikian, juga jelas bahwa Muhammad bukan seorang yang menyukai buku. Pengetahuannya terhadap segala sesuatu, termasuk Alkitab tidak dalam dan kabur.
Daftar yang lebih terperinci mengenai kontradiksi-kontradiksi dan kesalahan-kesalahan Qur’an dapat ditemukan dalam www.answering-islam.org/Quran/Contra/
Sumber: "Penyaliban Dalam Quran" (www.indonesian.alisina.org)